Program Pendidikan di Zaman Rosulullah

Prolog

Ada yang menarik di balik cerita  Islamnya Umar bin Khottob, pada saat itu Umar ingin melabrak saudarinya sediri karena diduga saudarinya masuk Islam dan meninggalkan agama nenek moyangnya. Maka umar medapati saudarinya sedang mengajari keluarganya Al-quraan. Bukan cerita Umar bin Khottob yang akan dibahas lebih mendalam, akan tetapi lebih ingin menfokuskan cerita bahwasanya walaupun di awal dakwah nabi masih sembunyi sembunyi, akan tetapi program pendidikan islam sudah ada pada saat itu, sudah ada sejak dimulainya turun wahyu, dan menjadikan rumah arqom menjadi tempat pendidikan islam bagi para sahabat dan ini tidak mengherankan karena awal wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah iqro !! bacalah!! Ayat yang penuh dengan nilai pendidikan.

Di zaman jahiliah, hanya pendidikan islamlah yang betul betul sukses  mengubah secara mendasar bagi orang yang memeluknya menjadi pribadi yang baik disegala sisi, sangat bertolak belakang dengan orang kafir quraisy pada saat itu yang suka berbuat syirik, membunuh,  berzina,  memakan bangkai dan keburukan keburukan lainnya. Dan kesuksesan pendidikan islam tersebut sebetulnya bisa diaplikasikan di zaman sekarang apabila,  kita memperaktekan konsep pendidikan bedasarkan apa apa yang sesuai tuntunan rosul dan salaf sholih.

Salah satu yang bisa dijadikan acuan dalam konsep pendidikan di zaman sekarang adalah strategi pendidikan yang dilakukan di zaman Nabi Muhammad shollaAllahu ‘alaihi wa sallam, berikut beberapa contoh dan karakteristik program pendidikan di zaman Rasulullah shollaAllahu ‘alaihi wa sallam

A.Kajian Rutin Bertahap Beserta Pratek

عن عثمان بن عفان، وعبد الله بن مسعود رضي الله عنهما وغيرهما: كَانُوا يَقْتَرِئُونَ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ آيَاتٍ ، فَلَا يَأْخُذُونَ فِي الْعَشْرِ الْأُخْرَى حَتَّى يَعْلَمُوا مَا فِي هَذِهِ مِنَ الْعِلْمِ وَالْعَمَلِ، قَالُوا: فَعَلِمْنَا الْعِلْمَ وَالْعَمَلَ

“Adalah para sahabat apabila belajar dari nabi sepuluh ayat , merekah tidak melampaui sepuluh ayat itu sampai mempelajari apa yang ada di dalamnya dari ilmu dan amal, para sahabat mengatakan maka kami mempelajari Al-Quraan dan juga mengamalkannya secara bersama sama”-HR Ahmad no 23482, Darqutni dan Thobari no 82

Makna umum dari hadist diatas :

Program pendidikan di zaman nabi kebanyakan Adalah dengan kajian rutin yang diadakan oleh Nabi Muhammad, dan dilakukan secara sedikit demi sedikit agar dapat difahami oleh peserta didik secara menyeluruh juga merekapun diarahkan untuk mengamalkan ilmu yang sudah mereka pelajari agar ilmu tersebut betul betul mengakar pada diri peserta didik.

Kajian rutin yang bertahap adalah program pendidikan yang sangat sesuai dengan jiwa manusia secara umum. Manusiapun diciptakan secara bertahap, ditambah lagi Ilmu adalah sesuatu yang luas dan berat[1], sedangkan manusia bukan robot yang kaku dan tidak mempunyai hati, manusia selalu berkembang sejalan dengan perkembangan apa yang ia amalkan dengan anggota badan, juga yang ia fikirkan dengan akal dan hatinya. Konsep bertahap dalam pembelajaran membuat jiwa seorang anak didik menjadi kuat Allah subhana wata’ala berfirman :

{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا} (الفرقان ـ 32)

“Dan orang orang kafir berkata seandainya Al-Quraan diturunkan secara sekaligus, yang seperti itu (diturunkan secara sedikit demi sedikit) adalah untuk menguatkan hatimu” (QS:Al-furqon 32)

Apabila anak didik menjalani program ini ia akan menerima ilmu dengan kemantapan hati, sabar akan terbiasa selalu siap menerima sesuatu yang baru, tidak mudah putus asa.

Aisyah rodhiaAllahu anha berkata “Ayat yang banyak turun diawal awal kenabian adalah penyebutan tentang nikmat syurga dan ngerinya neraka, ketika orang orang sudah berkumpul dalam keislaman barulah turunlah ayat tentang halal dan haram, seandainya Ayat yang diturunkan pertama kali adalah “jangan lah kalian berzina , janganlah kalian minum khamr!!” maka orang orang pasti mengatakan “demi Allah, kami tidak akan meninggalkan zina dan minum khamr!.[2]

Ibnu Kholdhun menganggap program pendidikan ini adalah paling efektif, ia berkata “ketahuilah bahwa transfer pengetahuan baru akan bermanfaat apabila dilakukan secara bertahap,rutin dan sedikit demi sedikit…sambil memperhatikan kemampuan akalnya dalam menerima pelajaran tersebut.[3]

Waktu yang digunakan oleh Nabi dalam program ini biasanya adalah setelah subuh, sebagaimana yang disebutkan didalam kebanyakan riwayat, contohnya

عن العرباض بن سارية رضي الله عنه قال: صلى لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم الصبح ذات يوم، ثم أقبل علينا فوعظنا موعظة بليغة، ذرفت منها العيون، ووجلت منها القلوب

“Dari ‘irbad bin sariah RA Ia berkata : suatu hari rosulullah mengimami kami solat subuh kemudian menghadap kepada kami dan memberi nasehat dengan nasihat yang mengena, membuat air mata mengalir dan hati bergetar” (HR.Ahmad no 17145 dan Abu daud no 4607)

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سأل أصحابه يوماً بعد صلاة الصبح فقال : (من أصبح منكم اليوم صائماً، قال أبو بكر رضي الله عنه: أنا، قال: فمن تبع منكم اليوم جنازة؟ قال أبو بكر: أنا، قال فمن أطعم منكم اليوم مسكيناً ؟ قال أبو بكر: أنا، قال: فمن عاد اليوم مريضاً ؟ قال أبو بكر رضي الله عنه: أنا، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما اجتمعن في امرئ إلا دخل الجنة)

“Dari abu hurairah Bahwasanya rosulullah suatu hari setelah solat subuh bertanya kepada para sahabatnya “siapa yang pagi ini berpuasa? Abu bakar menjawab “saya” nabi bertanya lagi “siapa yang hari ini sudah menghadiri orang yang meninggal? Abu bakar menjawab “saya” Nabi bertanya “barangsiapa yang hari ini memberi makan orang miskin? Abu bakar kembali menjawab “saya” nabi kembali bertanya “barangsiapa yang hari ini sudah menjenguk orang sakit? Abu bakar menjawab “saya” lalu nabi bersabda “tidaklah sifat sifat itu berkumpul di dalam diri seseorang kecuali ia akan masuk syurga”(HR.Muslim no 1028)

Begitu juga nabi sering bertanya kepada para sahabatnya setiap subuh apakah diantara para sahabatnya ada yang bermimpi ketika semalam[4]. Ini menunjukan bahwa waktu subuh adalah waktu yang paling pas untuk melaksanakan program ini, dikarenakan masih segarnya jiwa anak didik, dan banyak hadist yang menunjukkan keutamaan keutamaan waktu subuh.

Karakteristik program ini adalah

  1. Dilakukan secara rutin, sedikit demi sedikit
  2. Memperhatikan kemampuan anak didik
  3. Mencakup segala kurikulum baik Al-quraan, akidah, akhlak, ibadah mahdhoh, muamalat, juga pengajaran dzikir dzikir
  4. Memerlukan masa pendidikan yang lama

Pelatihan Intesif

عن مَالِك بْنُ الحُوَيْرِثِ، قَالَ: أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ، فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفِيقًا، فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدِ اشْتَهَيْنَا أَهْلَنَا – أَوْ قَدِ اشْتَقْنَا – سَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا بَعْدَنَا فَأَخْبَرْنَاهُ، قَالَ: «ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ، فَأَقِيمُوا فِيهِمْ، وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ، – وَذَكَرَ أَشْيَاءَ أَحْفَظُهَا أَوْ لاَ أَحْفَظُهَا، – وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ، وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ[5]

“Dari malik bin Al huwairist dia berkata “Kami mendatangi Nabi ShallaAllahu ‘alaihi wa sallam , dan keadaan kami adalah pemuda sepantaran, maka kami tinggal bersama Nabi dua puluh malam, dan rosulullah shallaAllahu ‘alaihi wa sallam pribadi yang lemah lembut, maka ketika beliau mengira bahwa kami sudah menginginkan atau rindu keluarga, beliau bertanya orang yang kita tinggalkan, maka kami beritahu beliau, beliau bersabda “pulanglah kepada keluarga kalian dan tegakkanlah solat didalamnya, ajari mereka dan perintahkan mereka” kemudian nabi menyebutkan sesuatu yang saya ingat dan yang saya lupa, “solatlah kalian sebagaimana kalian melihat saya solat apabila telah dating waktu solat maka adzanlah salah satu diantara kalian dan jadilah imam yang paling tua diantara kalian-HR Bukhori No:7246-

Makna umum dari hadist ini:

Bahwasanya Nabi melakukan pelatihan instensif kepada  sekelompok sahabat yang berusia muda tentang segala hal yang berhubungan dengan solat, pelatihan itu dilaksanakan selama dua puluh hari, dalam pelatihan tersebut nabi sangat perhatian terhadap kemampuan dan keadaan peserta didik, ketika nabi melihat kosentrasi para peserta didik mulai terpecah disebabkan teringat keluarga yang mereka tinggal, nabi menutup pelatihan tersebut, juga memberi tugas kepada mereka untuk mengajarkan kepada orang lain apa yang telah mereka pelajari.

Strategi pendidikan yang ditawarkan oleh Nabi ini sangat bermanfaat bagi peserta didik, seorang peserta didik yang sudah melakukan pelatihan kemampuannya akan terus meningkat dengan cara terus menerus melatih peserta didik yang lainnya. Maka tidak heran Imam Mizzi mencatat bahwa ilmu Malik bin al huwairist -salah satu sahabat Nabi yang mengikuti pelatihan solat- yang diriwayatkan oleh imam Bukhori, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Nasaii kesemuanya berkaitan dengan Bab solat, tidak yang lain.[6]

Imam Syafii berkomentar bahwa para sahabat yang hadir selama dua puluh hari itu kemungkinan besar mempunyai kemampuan yang sejajar dalam pemahaman fiqh dan Al-Quraan[7].

Karakteristik program pelatihan intensif

  1. Kurikulum sudah ditentukan dan dibatasi pada bab tertentu.
  2. Peserta didik mempunyai kemampuan yang setara agar tidak ada yang merasa tertinggal dalam proses pendidikan
  3. Seorang pendidik dalam program ini harus betul betul mengetahui keadaan peserta didik, dan berperhatian lebih kepada mereka agar peserta didik terus konsentrasi dalam proses pendidikan hingga pelatihan itu selesai.

Setelah peserta didik melaksanakan program pendidikan, mereka ditugaskan untuk mempraktekan apa yang sudah ia pelajari.

Pelatihan Kilat

عن أبي زيد الأنصاري قال :صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الصُّبْحِ ثُمَّ صَعِدَ الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّى حَضَرَتِ الظهر ثُمَّ نَزَلَ فَصَلَّى الْعَصْرَ ثُمَّ صَعِدَ الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّى غَابَتِ الشَّمْسُ فَحَدَّثَنَا بِمَا كَانَ وَمَا هُوَ كَائِنٌ فَأَعْلَمُنَا أَحْفَظُنا

“Dari abu zaid Al-Anshary berkata “ Rosulullah shallahu ‘alaihi wa sallam mengimami kami salat fajar, kemudian beliau menaiki mimbar ,lalu berceramah sampai dating waktu dhuhur, kemudian turun mimbar dan salat, lalu kembali naik mimbar  kemudian berceramah sampai matahari terbenam, maka Nabi telah mengabarkan kami tentang apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi”(HR.Muslim No 2892)

Diriwayat yang lain

فأَخْبَرَنَا عَنْ بَدْءِ الْخَلْق حَتَّى دَخَلَ أهْلُ الجَنَّةِ مَنَازِلَهُمْ وأهْلُ النَّارِ مَنَازِلَهُم حَفِظَ ذَلِكَ مَنْ حَفَظَهُ ونَسِيَهُ مَنْ نَسِيَه”

“Maka nabi mengabarkan kepada kami dari permulaan penciptaan hingga masuknya penduduk syurga ke tempat tinggalnya, dan penduduk neraka ke tempat tinggalnya, yang hafalpun hafal, yang lupapun lupa”[8]

Makna Umum hadist ini:

Bahwasanya rasulullah melaksanakan pengajaran bagi seluruh sahabat nabi yang hadir di masjid, berisi tentang kejadian lampau sejak awal penciptaan hingga masuknya penduduk syurga ke syuga dan penduduk neraka ke neraka, proses pendidikan dilakukan secara terus menerus dan padat, setelah pelatihan ini selesai tingkat penyerapan ilmu yang dilakukan peserta didik berbeda beda, dan yang paling paham dalam program pendidikan ini nantinya adalah yang paling hafal dengan apa yang sudah disampaikan oleh Nabi pada pelatihan tersebut.

Karakteristik program pendidikan ini:

  1. Pendidik program pendidikan ini harus mempunyai kemampuan yang mumpuni, dikarenakan pelatihan ini dilaksanakan dengan waktu singkat dan padat materi
  2. Materi yang diajarkan padat begitu juga waktu yang diberikan untuk program ini
  3. Hasil peserta didik akan baru terlihat apabila peserta didik tersebut terus menerus mengulang pelajaran yang sudah diberikan.

D.Program Jarak Jauh

عَنْ عُمَرَ، قَالَ: كُنْتُ أَنَا وَجَارٌ لِي مِنَ الأَنْصَارِ فِي بَنِي أُمَيَّةَ بْنِ زَيْدٍ وَهِيَ مِنْ عَوَالِي المَدِينَةِ وَكُنَّا نَتَنَاوَبُ النُّزُولَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَنْزِلُ يَوْمًا وَأَنْزِلُ يَوْمًا، فَإِذَا نَزَلْتُ جِئْتُهُ بِخَبَرِ ذَلِكَ اليَوْمِ مِنَ الوَحْيِ وَغَيْرِهِ، وَإِذَا نَزَلَ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ، فَنَزَلَ صَاحِبِي الأَنْصَارِيُّ يَوْمَ نَوْبَتِهِ، فَضَرَبَ بَابِي ضَرْبًا شَدِيدًا، فَقَالَ: أَثَمَّ هُوَ؟ فَفَزِعْتُ فَخَرَجْتُ إِلَيْهِ، فَقَالَ: قَدْ حَدَثَ أَمْرٌ عَظِيمٌ. قَالَ: فَدَخَلْتُ عَلَى حَفْصَةَ فَإِذَا هِيَ تَبْكِي، فَقُلْتُ: طَلَّقَكُنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَتْ: لاَ أَدْرِي، ثُمَّ دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ وَأَنَا قَائِمٌ: أَطَلَّقْتَ نِسَاءَكَ؟ قَالَ: «لاَ» فَقُلْتُ: اللَّهُ أَكْبَر

Dari Umar rodhiaAllahu anhu ia berkata “dulu saya dan tetangga saya dari Anshor berada di Bani Umayyah bin Zaid yaitu di sisi atas kota Madinah, dan kami saling bergantian untuk turun menuju Rosulullah shallahu alaihi wa sallam, ia turun (ke rosulullah) satu hari dan saya satu hari, apabila saya turun, saya membawakannya kabar dihari itu baik itu wahyu ataupun yang lainnya, dan apabila ia turun, ia melakukan seperti yang saya lakukan, (suatu hari) turun tetanggaku anshor ke nabi disaat giliranya tiba, lalu mengetuk pintuku dengan keras, sambil berkata”apakah ada orang disana?” maka aku kaget dan keluar menemuinya. Lalu ia berkata “sungguh telah terjadi perkara yang besar, maka aku mendatangi hafsah ternyata ia sedang menangis lalu aku berkata” Apakah rosulullah menceraikan istri istrinya? Hafshah berkata “aku tidak tahu” maka saya mendatangi nabi dan bertanya apakah anda menceraikan istri istri anda? beliau menjawab “tidak” saya berkata “Allahu Akbar”[9]

Makna umum dari hadist ini:

Tidak semua para sahabat bisa selalu menghadiri program pendidikan rutin yang di adakan oleh Rasulullah, dan itu dikarenakan kesibukan masing masing sahabat dengan pekerjaan dan jauhnya jarak antara tempat pendidikan dengan rumah mereka. Namun para sahabat mempunyai strategi untuk mensiasati problem ini, yaitu dengan saling bergantian dalam mengambil ilmu kepada rosul bekerja sama dengan rekan dekatnya. Strategi ini cukup efektif bagi mereka yang mempunyai kesibukan. Imam Bukhori dalam Jami shohihnya juga memberi sebuah bab menarik untuk hadist ini, yaitu bab saling bergantian dalam menuntut ilmu[10]

Karakteristik dari program pendidikan ini

  1. Peserta didik mempunyai kesibukan sehingga tidak bisa menghadiri program pendidikan biasanya
  2. Program ini sangat diperlukan komponen pendukung, yang bisa menghubungkan peserta didik dengan pendidik
  3. Peserta didik dalam program ini diperlukan aktif, dan juga berusaha mencari info lebih valid kalau mendapati sesuatu yang tidak beres.

Khotimah

Banyak program pendidikan yang dilaksanan di zaman Nabi shallaAllahu alaihi wa sallam. Sedangkan yang umum dipakai oleh kebanyakan para sahabat ada kajian rutin yang disertai praktek,adapun program pendidikan yang lain juga mempunyai nilai nilai keunggulan tersendiri, sesuai dengan keadaan peserta didik, materi yang diajarkan juga keahlian pendidik, semua program pendidikan dizaman nabi saling melengkapi satu sama lain, sehingga memudahkan untuk para peserta didik dalam memperdalam kegiatan menuntut ilmunya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhori, Abu Abdillah.1422  H . Shohih Bukhori. Mesir: Dar Thuq Najah

Al-Mizzi, Abul Hajaj. 1983 M . Tuhfatul Asrof. Syuria: Maktabah Al-Islamy

AS-Syafii, Muhammad. Tt. Al-Umm. Beirut: Darul Makrifah

Ibnu kholdun. 1988 M. Tarikh ibn kholdun. Beirut: Darul Fikr

Ibn Hambal, Ahmad. Tt. Musnad Imam Ahmad. Beirut: Muasasah Risalah

Ibn Hajaj, Muslim. Tt. Shohih Muslim, Beirut: Muasasah Risalah

Abu daud. Tt. Sunan Abu Daud, Beirut: Muasasah Risalah

[1] Apabila meminjam istilah Al-quraan qoulan tsaqila (perkataan yang berbobot)

[2] Lihat Atsar yang diriwayatkan oleh Bukhori no.4993

[3] Muqodimah Ibn Khodun hlm.734

[4] Hadist yang panjang diriwayatkan oleh Bukhori no 1386

5 HR Bukhori no 7246

[6] Lihat thuhfatul asyrof imam mizzi Jilid 8 hal. 336

[7] Lihat Al-Umm jilid 1 hal 187

[8] HR.Bukhori secara ta’liq No.  3192

[9] HR.Bukhori no.89

[10] Lihat Shohih Bukhori Kitab Al-Ilmu bab ke 27

Sekolah Islam Terpadu Antara Semangat Keislaman Dan Kesempitan Pandangan

         Sekolah Islam terpadu di zaman sekarang sangat populer dan sangat diminati oleh para orang tua, sebagai seorang muslim tentu orang tua  tentu akan selalu berbaik sangka terhadap sesuatu yang berbau islam, begitu juga para penggiat sekolah islam terpadu, mereka akan terus selalu bersemangat dalam membangun sekolahnya dikarenakan peminat yang tidak bisa dikatakan sedikit, Label sekolah yang seakan akan selalu memadukan pendidikan dengan Islam.

            Tentu pada dasarnya sah sah saja seseorang membangun sekolah dan memberi nama sekolahnya Islam terpadu, tapi kalau mau menelisik lebih dalam, tentu konsekwensi dari nama Islam terpadu itu adalah pendidikan tersebut harus didasari dengan sumber sumber islam, agar tidak menjadi duri dalam daging nantinya, sebagaimana kekhawatiran ini sudah mulai bermunculan, para orang tua kadang terlihat kecewa setelah melihat anaknya lulusan sekolah islam terpadu untuk membaca alquraan saja masih tertatih, apalagi untuk menghafal Alquran, lebih-lebih hadist hadist hukum.

            Bagi seorang muslim yang ingin mendirikan sekolah islam terpadu sudah seharusnya memahami betul arti dari ayat

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا (36)

            tidaklah pantas bagi orang mukmin laki laki dan orang mukmin perempuan apabila Allah dan rosulnya telah memutuskan suatu perkara, dia menjadikan sekedar pilihan , dan barang siapa yang bermaksiat kepada Allah dan rasul-Nya maka ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata (al ahzab:36)

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

barang siapa yang taat kepada Allah dan rosul Nya maka sungguh ia telah menang dengan kemenangan yang besar (ahzab :71)

            Agar apabila ketika apabila ada sebuah keputusan dari pemerintah atau dari sekolah itu sendiri yang mana disana ada benturan dengan perintah Allah dan Rosul Nya maka yayasan tersebut harus mengambil sikap berpihak kepada Allah dan Rosul Nya , agar yayasan tersebut mendapatkan kemenangan baik di dunia ataupun di Akhirat.

            perlu diingat bahwa pendidikan menurut islam adalah pengembangan pemikiran insan dan pengaturan akhlak juga perasaan , atas pokok Dien Islam , dengan tujuan mewujudkan tujuan tujuan Islam baik di dalam dirinya maupun di masyarakat, juga mewujudkannya di segala lini kehidupan. Dan juga bukan hanya sekedar transfer Ilmu belaka , namun perlu adanya penularan Akhlak baik dari seorang guru kepada murid .

            Fenomena yang terjadi sekarang dalam sekolah islam terpadu adalah sedikitnya Jam pelajaran yang berhubungan dengan dien islam, seakan akan merasa bahwa dengan mengharuskan para siswanya memakai celana panjang, kemudian para siswinya memakai jilbab menjadikan serta merta itulah inti dari keterpaduan pendidikan islam, tentu disini bukan berarti peran sekolah islam terpadu dinihilkan, tetapi alangkah baiknya bagi sekolah yang Islami , berusaha masuk kepada pendidikan Islam secara menyeluruh

 يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

wahai orang orang yang beriman masuklah kamu kedalam islam secara menyeluruh dan janganlah kamu mengikuti langkah langkah syetan karena sesungguhnya dia adalah musuh yang nyata (albaqoroh :208)

            Setidaknya di dalam sekolah islam terpadu harus diajarkan materi tauhid secara menyeluruh , karena pada akhirnya nanti yang ditanyakan di Alam qubur yang pertama adalah siapa Robb mu ? apa agama mu? siapakah orang ini(nabi muhammad) ?(hr.hakim no 107)

            Kemudian materi yang kedua yang harus menjadi prioritas sekolah islam terpadu adalah apa apa yang akan ditanyakan di akhirat  yaitu

  1. Umur nya untuk apa saja ia habiskan ?

2.Masa muda nya untuk apasaja Ia lakukan?

3.Hartanya dari mana Dia dapat dan kemana ia habiskan harta tersebut?

4.Ilmunya bagaimana ia mengamalkannya? (hr.tirmizi no:2416)

            Dan ini tidak berarti seluruh siswa harus di Ajarkan fiqh dengan segala macam pendapat yang ada, karena itu butuh waktu yang lama.

            Untuk menjawab pertanyaan pertama dan kedua pihak sekolah bisa terus mengingatkan pentingnya bergaul dengan pergaulan yang baik lagi Islami, menjauhkan dari apa apa yang menuju kemaksiatan , juga tidak memberi kesempatan kegiatan sia sia dilakukan di dalam Sekolah,untuk jawaban ketiga sekolah tidak harus mengajarkan seluruh fiqh beserta seluruh dalilnya tetapi setidaknya seorang siswa yang belajar ekonomi contohnya , selalu diingatkan atas Bahaya riba, kewajiban berzakat , peran wakaf, fadhilah berinfaq, harta bukan tujuan akhir hidup ini, dan semua harta kita nanti akan ditanyakan.

            Untuk menjawab pertanyaan yang keempat , sekolah harus berusaha menjadikan siswanya berpihak kepada Islam , apapun ilmu yang dipelajari , berani mengeritik ilmu yang dirasa tidak sejalan dengan Islam, dan tidak berkhianat Ilmiah, juga harus diingatkan pentingnya pengamalan Ilmu tersebut .

 يجاء بالرجل يوم القيامة ، فيلقى في النار فتندلق أقتابه ، فيدور بها في النار كما يدور الحمار برحاه ، فيطيف به أهل النار ، فيقولون : يا فلان ، ما لك ، ما أصابك ، ألم تكن تأمرنا بالمعروف ، وتنهانا عن المنكر ؟ فيقول : كنت آمركم بالمعروف ولا آتيه ، وأنهاكم عن المنكر وآتيه ” . أخرجه البخاري ومسلم.

Akan didatangkan hari kiamat kelak seseorang dilemparkan ke neraka ususnya tumpah dan Ia berputar di hari kiamat membawa ususnya seperti keledai, maka ahli neraka kaget dan mengatakan wahai fulan kenapa kamu apa yang menimpamu, bukankan kau memerintahkan kami kebaikan dan mencegah kemungkaran? Ia menjawab “Ia akan tetapi saya memerintahkan tapi meninggalkan, saya melarang tetapi saya mendatangi larangan tersebut(hr bukhori muslim)

            Maka disini pentingnya pembelajaran akhlak .perlu ada larangan yang tegas ketika itu memang berhubungan dengan syariat sebagai mana Luqman hakim melarang anaknya

يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13)

wahai anakku jangan lah kau berbuat syirik kepada Allah  sesungguhnya kesyirkan adalah kedholiman yang besar(surat luqman13(

            Kemudian perlu diingat bahwa yang diajar pendidik adalah seorang manusia, yang ada  naik turun iman , bukan sebuah robot ataupun hewan , perlu adanya tahapan dalam mendidik sebagaimana Islam membimbing para sahabat Nabi dengan bertahap , juga selalu ada hubung rasa terhadap siswa, dan membayangkan bagaimana rasanya menjadi siswa

كَذَلِكَ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْكُمْ

            dulu juga kalian seperti itu kemudian Allah memberikan nikmat kepada kalian (annisa:94)

            Ibn ‘asyur menjelaskan dalam tafsir ayat tersebut “…. seorang guru pun harus membayangkan bagaimana rasanya  jika dia  yang berada di posisi seorang murid kemudian dipersulit oleh gurunya “(tanwir tahrir jilid 5 hal 168)

Mudah mudahan saran ini bisa ada menjadi masukan yang bermanfaat kepada para guru.

Merencanakan Pendidikan untuk Sang Anak

blogDalam dienul Islam, merencakan pendidikan untuk sang anak bukan hanya sekedar dimana anak tersebut akan disekolahkan, pertimbangan biaya yang harus dikeluarkan, ataupun dengan siapa kelak ia akan bergaul di sekolah. Ketika seorang muslim sudah berazzam untuk membangun rumah tangga, pada hakekatnya ia sudah memulai merencanakan pendidikan untuk buah hati nya kelak, Rosulullah bersabda “ Pandai-pandailah memilih tempat untuk sperma kalian. Nikahilah wanita-wanita yang setara, dan nikahkanlah mereka“-HR Ibn Majah-.

“Hak yang paling pertama yang harus didapatkan oleh seorang anak, yaitu ia berhak mendapatkan seorang ibu yang  taat beragama, selalu menjaga kesucian diri, cerdas dalam menyelesaikan urusan , dan mempunyai akhlak yang baik” ucap abul hasan Al-mawardi (wafat 1058 M) ketika menjelaskan hak anak kepada khalifah saat itu. Setelah kedua pasangan ini bersatu dengan pernikahan, proses perencanaan pendidikan terus berlanjut, islam menganjurkan kepada pasangan yang hendak berhubungan badan  untuk berdoa “ Ya Allah jauhkanlah kami dari campur tangan syaitan dan jauhkan pula syaitan dari apa-apa yang Engkau karuniakan kepada kami (HR.Al-bukhori),  karena bagi seorang muslim hubungan suami istri bukanlah sekedar pelampiasan hawa nafsu semata, tetapi di dalamnya ada dorongan ibadah untuk mencetak anak didik yang siap menegakkan agama Allah di muka bumi, tidak heran Al-Hafidz Ibnu Hajar (wafat 1448 M) menjabarkan dalam kitabnya Fathul Bari ” Barang siapa yang meniatkan dalam hubungan suami istrinya untuk mencetak generasi pejuang di jalan Allah, maka ia mendapatkan pahala disebabkan niat tersebut walaupun seandainya dari hubungan badan tersebut tidak menghasilan anak”, dan jika seseorang memperhatikan urutan penulisan fiqh klasik, ia akan mendapatkan pembahasan pernikahan lebih didahulukan dari pembahasan jihad. Imam Mulla Al qori (wafat 1606 M) berusaha menjelaskan alasan urutan tersebut dalam kitabnya  Mirqotul Mafatih “Itu dikarenakan mencetak generasi yang beriman lebih baik dari pada sekedar membunuh orang yang kafir”.

Sedangkan dalam sistem pendidikan yang berkiblat kepada Barat, ia lebih mengutamakan perencanaan pendidikan yang kasat mata dan sekedar materi belaka, bagi mereka berhubungan badan sama sekali tidak perlu ada hubungannya dengan pernikahan, mempunyai anakpun mereka anggap bisa digantikan oleh adopsi. Sangat kering dari aspek spritual apalagi aspek akhirat. Maka tidak heran panti jompo di Amerika sangatlah laku keras, banyak para orang tua di Amerika menghabiskan waktunya di panti jompo dalam kesepian menunggu ajal tiba dengan alasan yang anak tidak ingin karirnya terganggu dengan mengurusi orang tuanya, fenomena ini terjadi karena orang tua di sana sejak kehadiran sang anak diantara mereka, keinginan orang tua hanya merencanakan pendidikan bagaimana sang anak sukses dalam hal materi, tanpa berpikir bahwa setelah kehidupan dunia ini, di sana ada kehidupan akhirat, yang mengharuskan anak berbakti dan mendoakan kepada orangtuanya baik selama ia masih hidup ataupun sudah tiada.

Sesungguhnya Allah akan menanyakan setiap pemimpin tentang apa saja yang ia pimpin apakah ia menjaganya atau menelantarkannya” sabda rosul yang diriwayatkan oleh Imam Nasaii, kemudian junjungan kita kembali meneruskan sabdanya “sampai sampai seseorang juga akan ditanya tentang keadaan keluarganya ” Seorang muslim yang baik harus benar benar sadar bahwa tanggung jawab pendidikan sang anak, utamanya adalah di pundak orang tua itu sendiri, kalau diibaratkan sang ibu adalah pengajar dalam sebuah sekolah maka sudah seharusnya sang ayah adalah kepala sekolahnya, tentu diwajibkan bagi kepala sekolah memilih pengajar yang baik dalam sebuah sekolah tersebut, menentukan kurikulum yang seharusnya diajarkan untuk anak didik dan itu semua demi suksesnya proses pendidikan yang bermuara kepada tercetaknya anak anak solih, jadi berperan sebagai kepala sekolah bukan sekedar menyalahkan kepada pengajar yang dianggap tidak becus dalam mendidik, tetapi ia selalu mempunyai rasa tanggung jawab yang kepada anak tersebut daripada siapapun juga.Mari bersama sama kita mencoba untuk mencontoh Luqman Al-hakim seorang yang diabadikan Oleh Allah dalam Al-Quraan karena kebijaksaanyapun menjadikan peserta didik yang paling utama adalah Anaknya sendiri, karena ia mengetahui bahwa buah hatinya lebih berhak untuk ditulari kebijaksanaan dari pada siapapun, dan karena kebahagian yang hakiki adalah di saat kelak seluruh anggota keluarga berkumpul seluruhnya di Jannah Allah subhanahu wata’ala .

Resensi buku: Mental Liberal karya Abdul Aziz Athorifi

 

RESENSI BUKU

العقلية الليبرالية في رصف العقل و وصف النقل

MENTAL LIBERAL DALAM MENEMPATKAN AKAL DAN MENDESIKRIPSIKAN NAQL

 

Judul buku :    العقلية الليبرالية في رصف العقل و وصف النقل

Mental Liberal Dalam Menempatkan

Akal Dan Mendesikripsikan Naql

Penulis                         : Abdul Aziz Athorifi

Bahasa                        : Arab

Penerbit                       : Darul Minhaj Riyadh, Saudi

Arabia

Tahun terbit               : Cetakan ke IV tahun 2011

Jumlah halaman           : 270 Halaman

10762435

 

Di usianya yang masih muda (39 tahun) Abdul aziz Athorifi termasuk seorang penulis produktif, buku mental liberal ini diterbitkan ketika ia berumur 36 tahun, tentu buku ini bukan buku pertama yang ia tulis, tercatat ketika buku ini keluar , ia adalah buku ke 16 dari karya karyanya yang lainnya dari berbagai macam bidang seperti akidah, hadist, fiqh, dan juga tidak lupa pemikiran modern, sangat terlihat di dalam buku yang ke 16 ini ia menjabarkan alur pemikiran liberal dengan mengalir, menikmati penjabarannya sampai membuat kita tidak terpaksa membaca buku ini sampai habis. Ini tidak mengherankan karena selain ia penulis, ia juga sangat mendalami pemikiran liberal yang mulai merongrong di negara Saudi Arabia dengan keikutsertaannya dalam acara televisi yang membahas tentang pemikiran kontemporer yaitu “شرعة و منهاج” sebagai pembicara tetap, juga mempunyai kajian masjid rutin tentang liberal dengan tema “tafsir Al-quraan yang sering diselewengkan kaum liberal”.

Secara garis besar, buku ini berbicara tentang tabiat jiwa seseorang dalam berinteraksi dengan pemikiran pemikiran, kemudian sebab sebab yang dapat menghalangi akal untuk menyimpulkan kenyataan yang benar, lalu perjalanan panjang terbentuknya faham liberal, dan yang terakhir pokok pokok pemikiran yang dijadikan sandaran kaum liberal.

Athorifi memulai bukunya dengan menyatakan bahwa wahyu sudah menjelaskan bahayanya penyakit terburu buru menghukumi sesuatu, sikap ujub dan congkak terhadap Akal sehat. Kesalahan akal dalam menilai karena rusak input, alat ukur juga faktor faktor yang lainnya. Apabila Akal selamat dari penyakit penyakit tersebut maka itu adalah karunia Allah yang tidak bisa ditandingi sesuatupun.

Penulis buku tersebut menjanjikan bahwa buku ini ditulis tanpa memaksakan, ia akan membuat jalan yang mudah untuk difahami dan itu sudah menjadi kewajiban penulis, sedangkan bagi pembaca tinggal memilih untuk terus berjalan atau meninggalkan jalan itu dengan berbagai alasan klasik.

Penulis menjelaskan tentang kekuatan akal, dan kelemahannya, akal bisa disesatkan, bisa ditipu, dan bisa terbius hawa nafsu, dengan mengalir sang penulis menyisipkan ayat ayat Al-Quraan tentang contoh kesalahan yang berulang ulang pada akal, agar kita tidak semata mata bersandar pada akal semata, lain halnya dengan liberal. Menurut penulis, pemikiran liberal yang dimulai hanya dengan akal diakhiri dengan akal pasti akan terkena kesalahan kesalahan fatal ketika ia dalam proses berfikir, tanpa ia mau untuk menyadari, karena pemahaman liberal sama sekali tidak mempunyai perhatian dengan ikatan bathin, hanya percaya sesuatu yang tampak.

Sedangkan pemikiran Liberal sendiri berdiri dengan sebuah kepercayaan bahwasanya setiap orang berhak untuk memilih bagi dirinya sendiri apa yang ia inginkan baik itu dien, tata krama, pemikiran, pendapat, juga perbuatan apapun itu walaupun itu menyimpang dari tabiat manusia, walaupun yang lain menyelisihinya, setiap dalam hak yang sama untuk menerima keberadaan orang lain yang berbeda.

Dari konsep di atas tadi, Athorifi mulai mengupas satu persatu dari pernyataan tersebut, baik dari latarbelakang apa yang menyebabkan pemikiran liberal timbul?, apa sebab masih eksisnya pemikiran liberal hingga saat ini?, apa dampak dari pemberian kebebasan secara muthlak?, di batas mana syariat menghargai kebebasan? Dan sang penulis juga menjelaskan hubungan fitrah dan syahwat dan hubungannya baik buruknya untuk akal, juga menjabarkan pokok pemikiran liberal.

Penulis berpendapat nama yang pas untuk para kaum liberal adalah “assudawiah” meminjam istilah al-quraan

 

Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja? (QS:Al-Qiyamah 36)

Karena para ahli tafsir mengatakan bahwa kata “السدي” adalah bebas tanpa diperintah dan tanpa dilarang, sebagaimana yang penulis kutip dari pendapat Imam Syafii, dan istilah ini sangat pas bagi para liberal yang ingin kebebasan mutlak tanpa ada ikatan apapun dari sang Kholiq.

Adapun latar belakang muculnya liberalisme, Athorifi menjelaskan panjang lebar hingga menghabiskan 32 halaman, secara umum ia menjelaskan liberalisme dan Marksime lahir dari satu rahim yaitu sekularisme, dan sekularisme paham yang menjauhkan sesuatu yang bernafaskan agama dalam urusan dunia, kemudian Athorifi mulai menjabarkan asal mula faham tersebut. Dimana dalam sistem keKristenan disana ada dua  istilah yang pertama adalah  “كهنوت”  rijaluddin mereka adalah sebagian kecil dari pemeluk Kristen yang ada, namun menganggap dan harus dianggap sebagai orang yang mempunyai hubungan langsung dengan tuhan juga penyambung bagi orang orang awam, konsekwensi dari ini semua mengharuskan orang selain mereka terikat dari segala lini, baik dari pernikahan, pernyataan dosa, penguburan ketika kematian, semua tidak sah kecuali disana ada campur tangan dari rijaluddin.

Kemudian yang kedua adalah orang orang awam, yaitu orang selain rijaluddin, terlepas dari orang tersebut kaya, miskin, pintar, bodoh, semua dimasukkan dalam golongan kedua, jadi sejak awal sistem keKristenan di Barat, sudah menjadi lahan subur bagi sekularisme, setidaknya untuk golongan awam menyimpan dendam kepada mereka yang selalu mengaitkan sesuatu dengan agama.

Di sela sela penjelasannya tentang kebobrokan sistem Kristen (yang notebane nya adalah agama yang sudah diselewengkan), Athorifi memaparkan keistimewaan Islam jernih dan jauh dari penyelewangan, seseorang boleh menikah jika  dihadiri oleh wali dan saksi (tidak perlu harus orang yang istimewa seperti dalam ajaran Kristen), seseorang boleh beribadah di masjid manapun, dikubur oleh siapapun, bertaubatpun semua orang muslim berhak langsung meminta ampun kepada Allah tanpa perantara siapapun.

Kemudian ia mulai menjelaskan perpecahan agama Kristen lebih dalam, menurutnya Kristen sempat terbagi menjadi 3 kelompok besar Ortodox, Katolik, dan Arius. Adapun arius masih mengandung ajaran ajaran yang lurus, namun pada akhirnya kelompok ini hilang dan yang tersisa dari ajaran Kristen baik Ortodox maupun katolik  yang keduanya sangat jauh dari apa yang diajarkan oleh Isa Al-masih dan tidak terlepas dari kemusrikan, disaat inilah banyak kedholiman dan kejahatan yang di buat oleh rijaluddin selalu dinisbatkan ke agama, dan ini membuat dendam para kalangan rijalul fikr yang ingin melakukan pembaharuan terhadap agama Kristen, maka muncullah Kristen Protestan yang banyak melakukan reformasi terhadap gereja dan membuat injil tidak hanya di miliki oleh para pendeta, sampai sampai Athorifi beranggapan bahwa martin luther mempunyai cara alur berpikir yang benar di satu sisi yaitu  pembebasan akal dari khurafat, namun meninggalkan sisi lainnya yaitu penegakkan hukum yang ada di kitab mereka dan ketidak berimanan kepada Nabi muhammad. Pergolakan di agama Kristen terus berlanjut, hingga datangnya Jean Jacques Rousseau dan Voltaire membuat perubahan besar besaran dalam sistem mulai dari Prancis dan akhirnya menyebar di Eropa, dan mulai menuhankan akal dan kebebasan, disinilah Barat mulai berlebihan dalam menilai akal dan kebebasan hingga dampaknya munculnya liberalisme yang sangat akut, dalam penjelasannya yang panjang lebar penulis juga banyak mengutip ayat Al-Quraan yang berhubungan dengan keadaan ahlul kitab, yang membuat para pembaca benar benar merasakan keadaan miris yang menimpa agama agama di umat terdahulu.

Setelah menjelaskan sejarah tentang penulis juga menyinggung liberal yang mulai menjangkiti negeri Arab, dan menyebutnya sebagai liberal yang pincang, karena liberal Arab tidak ingin dianggap memerangi agama Islam, namun selalu memaksakan pemikirannya diterima di kalangan Arab dengan berbagai macam cara. para liberal Arab ingin mencoba menggabungkan antara agama dan liberalisme, menurut Athorifi ini mudah saja dilakukan oleh agama yang sudah melenceng, tapi tidak bagi agama yang dijamin di jaga oleh Robb nya, karena disana ada ulama robbani yang selalu menangkal segala usaha penyelewangan, berdasarkan sabda Nabi

يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله ينفون عنه تحريف الغالين وتأويل الجاهلين وانتحال المبطلين قال فسبيل العلم ان يحمل عمن هذه سبيله ووصفه

Ilmu (agama) ini akan dibawa oleh orang-orang terpercaya dari setiap generasi. Mereka akan meluruskan penyimpangan orang-orang yang melampaui batas, ta’wil orang-orang jahil, dan pemalsuan orang-orang bathil.

Sang penulis juga menjelaskan bahwa benih benih sikap kebebasan yang kebablasan sudah ada sejak zaman kaum yg didakwahkan para Nabi terdahulu, seperti kaum luth yang meminta kebebasan dalam orentasi seksualnya, kaum syuaib yang menyuruh Nabinya tidak ikut campur dalam masalah urusan perdagangan mereka, hingga kaum quraisy yang mengajukan kepada Nabi muhammad untuk mencoba coba dalam urusan memilih Tuhan mereka.

Penulis juga menjelaskan sebab keeksisan pemikiran liberal hingga sekarang, bukan dikarenakan kebenaran yang ada dalam pemikiran tersebut, tetapi lebih kepada kuatnya promosi pemikiran ini di segala lini, seseorang setiap harinya secara tidak sadar dicekoki oleh pemikiran ini, yang dibantu oleh hampir seluruh media yang ada, kemudian eksisnya pemikiran liberal juga sangat didukung dengan tidak maunya liberalisme dibenturkan dengan pemikiran yang lain. karena dasar mereka adalah kebebasan orang berhak memilih keyakinannya walaupun berbeda dengan apa yang masyarakat yakini, tidak ada benturan pemikiran inilah yang membuat liberalisme tetap eksis.

Pada dasarnya menurut penulis pemikiran liberal itu terlihat seperti tanpa kaidah yang tetap, maka seseorang bisa mendapatkan liberal mesir berbeda pemikirannya dengan liberal Syiria dan begitu seterusnya, namun sebetulnya di dalam liberalisme mereka Mempunyai garis garis besar yang seluruh kaum liberal satu barisan dalam pokok pokok pemikiran tersebut.

Pokok-Pokok Liberal

  1. Analisa Materi Mutlak
  2. Kebebasan
  3. Kesetaraan
  4. Egoisme

Yang menarik dari penulis adalah ketika menyebutkan pokok pemikiran tersebut, ia berpendapat bahwasanya pada dasarnya pemikiran ini adalah fitrah dan insting seorang manusia, akan tetapi kesemuanya itu harus tetap dibawah Syariat yang mengatur, agar tidak terjadinya keguncangan dan ketidakstabilan, dalam pembahasan ini sang penulis sama sekali tidak menafikan pemikiran tersebut sejalan dengan insting manusia akan tetapi yang dikritik oleh penulis penggunan berlebihan dari insting tersebut, membiarkannya liar dan tidak diatur dan menyebabkan ia berani berbuat nakal terhadap wahyu hingga melakukan penentangan terhadap penciptanya juga kepada syariat-syariat yang dibuatnya .

Di awal pembicaraan nya masalah analisa materi, Athorifi mengatakan analisa materi memang termasuk cara berfikir yang benar, jika ditempatkan pada porsi yang benar, ia memberi contoh bahwa indra pengecap (lidah) dalam menganalisa suatu rasa manis pahit dan asin mempunyai tingkatan yang berbeda disetiap bagian lidah tersebut, ada juga mereka yang sama sekali ditidak bisa merasakan rasa makanan, namun seseorang tidak bisa mengatakan mengatakan rasa pahit itu tidak ada karena hanya sekedar ia tidak bisa merasakannya, tetapi ia harus menyerahkan kepada mereka yang mengetahui rasa tersebut. begitu juga seharusnya akal kita bersikap terhadap sesuatu yang ghaib.

Lebih lanjut penulis mengatakan lebih mengedepankan analisa materi dari pada syariat adalah strategi pertama iblis dalam merayu adam dan hawa

Syaitan berkata, “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam syurga)”. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya,”Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua,

Iblis seolah-olah menjadi penasihat Adam dan berusaha membenturkan sesuatu yang materi jelas di depan mata (menjadi malaikat dan abadi) dengan hikmah dari larangan Allah dalam menjauhi pohon tersebut. Pembenturan hasil materi dengan syariat sering dijadikan kaum liberal senjata untuk menyerang agama.

Penulis juga berpendapat dalam sebuah analisa materi sejatinya masih bisa tertipu, bisa disesatkan sebagaimana orang yang biasa hidup ditempat sangat dingin, ia akan merasa kepanasan jika tiba tiba hidup ditempat yang cuacanya sedang, begitu juga jika seseorang terbiasa hidup dikalangan yang mengaggap bugil adalah sebuah kewajaran, ia akan memvonis orang yang berjilbab adalah sesuatu yang ekstrim, dan banyak contoh contoh menarik lainnya yang disajikan oleh thorifi di buku ini. penulis juga mengatakan seandainya saja semua problem bisa diselesaikan dengan analisa materi maka tidak ada hikmahnya lagi Allah menurunkan para rosulnya, tugas rosul sejatinya membawa manusia menuju jalan yang lebih baik.

Sebuah pemikiran ini menurut penulis juga  menyebabkan seseorang berani menganggap tidak adanya qothiyatu dilalah dalam syariat Islam, menyepelekan ijma, dan akan selalu berusaha menghilangkan kesucian syariat dengan anggapan setiap orang bisa menganalisa nash nash alquraan sesuai dengan zamannya.

Kemudian penulis menjelaskan pokok pemikiran selanjutnya yaitu kebebasan, kebebasan yang digaungkan oleh liberal adalah kebebasan tanpa batasan ini yang dikoreksi oleh penulis. Pada dasarnya Islam tidak menghilangkan nilai kebebasan kebebasan adalah sebuah fitrah, dien ini membuat kebebasan itu menjadi teratur agar tidak menjadi kebebasan yang mengganggu. kalau seandainya seseorang mau membandingkan dari sesuatu yang dilarang oleh syariat dengan sesuatu yang dibolehkan, maka ia akan mendapatkan nisbah sesuatu yang dilarang sangatlah sedikit.

Athorifi menjelaskan bahwa kebebasan mutlak banyak berdampak buruk dalam peradaban Barat, seorang ayah tidak boleh mendikte anaknya dengan alasan kebebasan, seseorang yang meninggal tidak perlu mewariskan hartanya kepada keluarganya juga berdalil karena sang mayyit bebas melakukan apapun terhadap hartanya, sampai hilang ruh ikatan kekeluargaan yang ada di Barat sekarang.

Menurut penulis pemikir liberal selalu menyibukkan dirinya dalam mengkritik larangan larangan agama yang sedikit dari pada melihat keleluasaan yang diberikan syariat kepada dia, dan hak hak yang dianugrahi Allah kepadanya, sehingga selalu berfikir negatif terhadap agama dan selalu mengaggap penghalang baginya.

Padahal pada dasarnya tidak ada sebuah aturan dari semua sistem dunia kecuali disana ada larangan larangan yang sama sekali tidak boleh disentuh oleh warganya, demi terciptanya situasi yang kondusif, maka Islam sebagai agama yang terjaga sangatlah wajar jika memberi aturan agar kebebasan itu tidak menjadi kebablasan.

Dalam pembahasan persamaan, sejajar, penulis kembali mengatakan bahwa ingin kesejajaran adalah sesuatu yang fitrah bahkan seseorang ingin selalu meminta lebih dalam masalah haknya, dan meminta dikurangi dari kewajibanya. Islam mengatur sesejaran sedemikian rupa agar tidak merusak tatanan fitrah yang benar, karena melakukan persamaan dalam segala hal adalah sesuatu yang menyelisihi fitrah, Islam sangat memperhatikan ini, dalam hal warisan jatah wanita sejajar dengan wanita yang lainnya karena ia mempunyai hak dan kewajiban yang sejajar juga, begitu pula laki laki, ia mempunyai hak dan kewajiban yang sama karena ia seorang laki laki, disisi lain Islam menjaga fitroh membedakan sesuatu yang memang berbeda karena menyama ratakan di dalam beberapa hal malah akan menumbulkan permasalahan baru, maka seorang yang lebih kecil umurnya dianjurkan memberi salam lebih dahulu kepada yang lebih tua, yang sedikit kepada yang banyak, kemudian Athorifi juga mengatakan bahwa sikap membedakan yang memang beda sudah ada sejak dahulu, sebagaimana afalaton filosof yunan menjadikan perbedaan dalam hukuman dan kebijakan terhadap warga negara asli yunani dengan budak juga orang asing.

Pemikir liberal timur tengah selalu mengkritik masalah persamaan waris terhadap anak laki laki dan perempuan. Padahal merekapun sama sekali tidak pernah meyakini bahwa harta waris itu harus dibagi kepada keluarganya, karena yang berhak sepenuhnya menurut kaum liberal adalah orang yang meninggal tersebut.

Buku ini menjadikan kita sadar sikap terburu buru seseorang baik liberal ataupun lainnya, dalam menghukumi sesuatu dan terlalu cepat mengkritik syariat allah adalah sumber kesalahan yang sering terjadi. Padahal Allah Sang Pencipta lebih mengetahui apa yang lebih baik untuk hambanya.

Kelebihan Buku Ini

  1. Sang penulis diberi kelebihan dalam menjadikan pembaca terasa mengalir mengikuti jalan fikir penulis, jauh dari rasa bosan, juga bukan dengan bahasa yang menggebu gebu penuh emosi, tetapi dalam mematahkan syubhat syubhat liberal lebih kepada pemakaian logika dan akal sehat yang di dukung oleh wahyu juga atsar salafusholih.
  2. Banyaknya penggunaan permisalan yang nyata dalam setiap banyak problem problem yang dijabarkan oleh penulis, membuat para pembaca merasakan masalah dan solusi problem benar benar dekat.
  3. Ketepatan dan kejelian dalam beristidilal , baik dengan ayat Al-quraan maupun dengan hadist-hadist Nabi, yang kita tidak dapati dalam buku pemikiran Islam yang lain.
  4. Pemakaian tafsir Al-Quraan yang otoritatif yang kebanyakan mengambil dari tafsir athobari, menjadikan kita lebih dekat dengan para generasi terbaik ummat ini. Begitu juga banyaknya pemakaian hadist Nabi dalam buku ini, karena memang sang penulis sendiri jauh sebelum menulis buku ini sudah dijuluki “al Muhadist AsSyaab” (Ahli hadist yang masih muda).

Kekurangan Buku Ini

Penulis tidak banyak menyebut sumber ketika menjabarkan masalah yang berhubungan dengan liberalisme, baik itu tentang statement-statement yang dianggap penulis rancu dan kemudian ia bantah, ataupun itu tentang sejarah panjang liberal yang sudah seharusnya diberi catatan kaki agar para pembaca lebih merasa yakin dengan yang ia sedang baca. Di dalam bukunya setebal 270 halaman ini, setidaknya Athorifi hanya menyebutkan buku  “Pokok Pokok Politik Liberal” karya Jon Stewart Mel, buku “Pemikiran Arab Dalam Zaman Kebangkitan” karya Albert Hauroni, adapun dalam menukil ide filsafat terdahulu Ia banyak mengambil dari kitab تحقيق ما للهند من مقولة معقولة في العقل أم مرذولة karya filosof muslim Al-biruni (wafat tahun 1046 masehi).

Yang ditakutkan dari kekurangan ini adalah sang penulis bisa saja dituduh menisbatkan pemikiran kepada liberalisme, padahal kaum liberal sendiri berlepas diri dari pemikiran tersebut, atau para kaum liberal akan mengatakan “pemikiran dan alasan kami tidak segampang yang anda gambarkan di buku anda”.

Sedangkan bagi saya sendiri menganggap kekurangan tersebut tidak terlalu berpengaruh dalam bagusnya penulisan buku ini, karena di awal bukunya sang penulis sudah mengatakan “Tidaklah saya meninggalkan sesuatu dalam penulisan yang ada di buku ini kecuali saya ingin memutus ketamakan jiwa dan hawa nafsu, walaupun selain saya akan berpendapat bahwa dengan menulisnya akan lebih berguna”.

Sumber-Sumber Pendidikan Islam

 

Pendahuluan :

Kalau berbicara tentang tarbiah atau yang biasa disebut pendidikan, maka tidak akan bisa lepas dari kalimat ikatannya (qoid) yaitu Islamiah, karena pertama, sebagai manusia yang mengaku bahwasanya ia ridho Allah sebagai Robbnya, Islam sebagai Dien nya, dan Muhammad sebagai Nabi juga pengemban risalah, selalu terhujam dalam jiwa bahwasanya

katakanlah sesungguhnya solatku , sembelihanku, hidupku , dan matiku hanya untuk Allah pemilik semesta alam(al-an’am:162)

akan berusaha selalu mengikat semua aktifitasnya dengan Islam agar selalu mendapat ridho Allah subhanahu wataala.

Kedua karena sifat dari tarbiah itu sendiri, yang dalam bahasa arab mengandung arti tumbuh, mengarahkan fithrah,membenahi, berkembang menuju kesempurnaan, dan juga diintisarikan dari kata Rabb. [1]

Maka dari itu sulit untuk bisa memisahkan kata pendidikan dari kata pengikatnya yaitu Islam.

 

 

 

Latar Belakang Masalah

Seiring dengan lebih terbukanya sikap pemerintah di Indonesia setelah pasca reformasi 1998 dalam menerima konsep pendidikan dari luar Indonesia, istilah pendidikan Islampun mulai berkembang pesat,dan para penggiat pendidikan Islam pun berusaha membangun pendidikan Islam secara terbuka, namun ada dua kendala pokok dalam perumusan pendidikan Islam tersebut

Pertama : Banyak dari perumus pendidikan Islam modern ini terkadang masih sekedar bermodalkan semangat keIslaman saja tanpa memperdalam ilmu-ilmu Islam secara menyeluruh, yang menjadikan seakan akan apabila plang pendidikan tersebut tertulis dengan bahasa arab, maka serta merta menjadikan sekolah tersebut pasti berdasarkan Islam, apabila dibelakang kata yayasan sekolah itu dicantumkan kata “Islam terpadu” maka seakan akan sudah pasti selalu memadukan antara Islam dan pendidikan.

Kedua : Di sisi lain timbul juga para perumus pendidikan Islam yang menganggap arti dari pendidikan Islam itu adalah menolak sesuatu yang baru dalam sistem pendidikan, apabila sistem tersebut tidak disebutkan di dalam Al-Quraan ataupun Hadist, dan menganggap inovasi baru dalam sistem pendidikan adalah tertolak.

dan dua kelompok ini pun tidak jarang menuding satu sama lain dan menganggap konsep pendidikan Islam yang benar adalah di kelompoknya, maka ada benarnya juga syair dari majnun laila:

كل يدعي وصلا بليلي# و ليلي ولا تقرلهمّ بذاك

semua mengaku Ia punya hubungan dengan Laila, padahal Laila tidak mengakui semua hubungan tersebut.

 

 

Rumusan Masalah

Maka disini kami ingin mencoba untuk membahas tentang sumber pendidikan Islam, yang mungkin dari pembahasan ini bisa didapatkan jawaban dari masalah yang mengelayuti pikiran kami seperti :

  1. Apa sajakah sumber sumber pendidikan Islam?
  2. Bagaimana mengimplementasikan sumber pendidikan Islam?

 

 

Pokok Pembahasan

Kajian Teoritis

 

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, sumber adalah tempat keluar, …segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen, naskah, dan sebagainya yang digunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa tertentu.

Pendidikan Islam pada sejatinya adalah pengaturan diri sendiri dan juga masyarakat yang bertujuan menerima Islam secara menyeluruh di dalam aspek kehidupan, maka demi mewujudkan itu semua, maka sudah seharusnya pendidikan Islam itu mempunyai dasar yang sama dengan sumber dasar hukum Islam.

Para pakar dasar hukum Islam atau yang biasa disebut dengan ushuliyyun menyebutkan bahwasanya sumber hukum Islam apabila dilihat dari sisi kesepakatan di bagi menjadi dua garis besar yaitu:

1. Dasar Hukum Pokok

  1. Al-Quraan (القران، الكتاب)

Secara bahasa :diambil dari kata (قرأ -يقرأ و قرانا) yang artinya membaca, sebagaimana di sebutkan didalam Al-Quraan :

janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk membaca Al-Quraan karena hendak cepat cepat menguasainya, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan membacanya, dan apabila Kami membacakannya maka ikutilah bacaan itu“.

Secara istilah Al-Quraan adalah

اسمٌ للكتابِ العربيِّ المُنزَّلِ على رسول الله محمَّد – صلى الله عليه وسلم -، المُبتدأ بالبَسمَلةِ فسُورةِ الفاتحة، والمُختتمِ بسورةِ النَّاسِ.

Nama dari sebuah Kitab yang berbahasa arab yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam, dimulai dari bismillah di surat Al- Fatihah dan ditutup dengan Surat An-Naas.[2]Sumber ini disepakati oleh seluruh ulama Islam untuk dijadikan dasar hukum.

  1. Al-Hadist (الحديث،السنّة)

Secara istilah adalah : ما صدَرَ عن رسول الله – صلى الله عليه وسلم – غيرُ القرآنِ من قولٍ أو فعلٍ أو تقريرٍ

Semua yang bersumber dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selain Al-Quraan, baik berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan[3],dasar ini juga disepakati oleh seluruh ulama Islam.

  1. Al Ijma(الإجماع)

Secara istilah adalah : Kesepakatan seluruh mujtahid Islam dalam suatu masa setelah wafatnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam masalah hukum syar’i.[4]

Mayoritas Ulama Islam mensepakati dasar hukum ini,kecuali Nadzam dari kalangan mu’tazilah dan sebagian kelompok khowarij.

  1. Al-Qiyas (القياس) dasar ini disepakati oleh mayoritas ulama Islam, kecuali syiah ja’fariah dan mazhab dhohirah.

2. Dasar Hukum Sekunder

 

  1. Al-Istihsan(الاستحسان): berpaling dari qiyas yang jelas, ke suatu dalil yang lain karena yang dianggap lebih kuat,[5]secara teori dasar hukum ini diingkari oleh Imam syafii , sedangkan jumhur ulama menerimanya.
  2. Al-mashlahah al-mursalah(المصلحة المرسلة) : suatu maslahat baik itu mengambil manfaat ataupun mencegah kerusakan- namun tidak disebutkan oleh Allah perintah maslahat tersebut ataupun pelarangannya.[6]
  3. Sadduz Zaiah (سدّ الذرائع) menutup celah yang sering menjadi wasilah kerusakan.
  4. Al-Urf (العرف) adat istiadat yang tidak menyelisihi syariat.
  5. Qoul Shohabi (قول الصحابي) pendapat sahabat Rasulullah.
  6. Sya’ru Man Qoblana (الشرع من قبلنا) syariat ummat sebelum ummat Muhammad.
  7. Al-Istishab(الإستصحاب) menetapkan perkara diatas keadaan sebelumnya, dan tidak berubah hukumnya selama tidak ada yang mengubahnya.

Pada hakikatnya semua sumber-sumber hukum yang disebutkan di atas kembali kepada dua asal sumber, yaitu Al-Quraan dan As-Sunnah, dan kenapa Kami menambahkan sumber dasar hukum lainnya, itu dikarenakan Al Quraan dan As-Sunnah mengarahkan untuk mengambil dasar dasar hukum dari : ijma, qiyas, istihsan, mashlahah mursalah, saddu zaiaah, qoul shohabi, dan lain lain.

Dalil Tentang Urutan Dasar Sumber Islam

1.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا أَرَادَ أَنْ يَبْعَثَ مُعَاذًا إِلَى الْيَمَنِ قَالَ: «كَيْفَ تَقْضِي إِذَا عَرَضَ لَكَ قَضَاءٌ؟»، قَالَ: أَقْضِي بِكِتَابِ اللَّهِ، قَالَ: «فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِي كِتَابِ اللَّهِ؟»، قَالَ: فَبِسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِي سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَا فِي كِتَابِ اللَّهِ؟» قَالَ: أَجْتَهِدُ رَأْيِي، وَلَا آلُو فَضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدْرَهُ، وَقَالَ: «الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَفَّقَ رَسُولَ رَسُولِ اللَّهِ لِمَا يُرْضِي رَسُولَ اللَّهِ»،

Bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika akan mengutus Muaz Bin Jabal ke Yaman beliau bersabda “bagaimana engkau memberikan keputusan apabila ada sebuah peradilan yang dihadapkan kepadamu ?” Muaz menjawab “saya akan memutuskan dengan Kitab Allah, ” beliau bersabda lagi “seandainya engkau tidak mendapatkan dalam Kitab Allah ?” Muaz menjawab “saya akan kembali kepada Sunnah Rasulullah” beliau bersabda lagi ” seandainya engkau tidak mendapatkan dalam Sunnah Rasulullah serta dalam Kitab Allah?” Muaz menjawab ” saya akan berijtihad menggunakan pendapat saya dan saya tidak akan mengganggap remeh” kemudian Rasulullah menepuk dada Muaz seraya bersabda “segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepada utusan Rasulullah karena melakuan apa yang membuat Rosulnya ridho[7].

dari Hadist diatas bisa ditarik kesimpulan bahwasanya Rasulullah menyetujui tatacara Muaz dalam memutuskan perkara, dan menyetujui urutan yang digunakan oleh Muaz Bin Jabal, dan ijtihad itu dilakukan dengan cara mendalami qiyas, juga dibantu dengan perangkat lainya seperti maslahah mursalah, istihsan dan lain lain. Adapun sebab Muaz Bin Jabal tidak menyebutkan ijma, itu dikarenakan Rasulullah masih hidup, padahal salah satu syarat ijma adalah mengambil keputusan syariat ketika Rosulllah sudah wafat.

2.

كَانَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ إذَا وَرَدَ عَلَيْهِ حُكْمٌ نَظَرَ فِي كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى فَإِنْ وَجَدَ فِيهِ مَا يَقْضِي بِهِ قَضَى بِهِ، وَإِنْ لَمْ يَجِدْ فِي كِتَابِ اللَّهِ نَظَرَ فِي سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فَإِنْ وَجَدَ فِيهَا مَا يَقْضِي بِهِ قَضَى بِهِ، فَإِنْ أَعْيَاهُ ذَلِكَ سَأَلَ النَّاسَ: هَلْ عَلِمْتُمْ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَضَى فِيهِ بِقَضَاءٍ؟ فَرُبَّمَا قَامَ إلَيْهِ الْقَوْمُ فَيَقُولُونَ: قَضَى فِيهِ بِكَذَا وَكَذَا، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ سُنَّةً سَنّهَا النَّبِيُّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – جَمَعَ رُؤَسَاءَ النَّاسِ فَاسْتَشَارَهُمْ، فَإِذَا اجْتَمَعَ رَأْيُهُمْ عَلَى شَيْءٍ قَضَى بِهِ، وَكَانَ عُمَرُ يَفْعَلُ ذَلِكَ

Adalah Abu Bakar RA jika datang kepadanya sebuah perkara,ia akan menelitinya di Kitabullah, apabila mendapatkan perkara tersebut ia memutuskan sesuai apa yang diputuskan AlQuraan, jika tidak mendapatkan, ia akan meneliti di sunah Rosullah, apabila mendapatkan perkara tersebut, ia memutuskan sebagaimana yang diputuskan Rasulullah, apabila tidak mendapatkan ia akan bertanya kepada manusia “adakah yang mengetahui bahwasanya Rasulullah memutuskan perkara ini dan itu ?” apabila ia tidak mendapatkan jawaban tersebut,ia mengumpulkan para pembesar dan bermusyawarah, apabila mereka bersepakat, maka Abu bakar memutuskan perkara itu dengan kesepakatan tadi,begitu juga umar melakukan hal yang sama,[8]atsar ini menunjukkan bahwa urutan dalam menetapkan perkara adalah Al-Quraan, kemudian As-Sunnah, kemudian Ijma.

Ijtihad

Menurut Imam Syaukani, Ijtihad adalah

بَذْلُ الْوُسْعِ فِي نَيْلِ حُكْمٍ شَرْعِيٍّ عَمَلِيٍّ، بِطَرِيقِ الِاسْتِنْبَاطِ

mencurahkan kekuatan untuk meraih hukum syar’ii amaly dengan tatacara menarik kesimpulan dari dalil dalil yang ada[9]

bagi mereka yang berijtihad tentu diperlukan syarat syarat yang ketat , seperti:

  1. Mengetahui ayat ayat hukum secara menyeluruh ,
  2. Mengetahui Hadist Hadist yang berkaitan dengan hukum secara menyeluruh
  3. Mengetahui seluk beluk bahasa arab
  4. Mengetahui ilmu ushul fiqh
  5. Mengetahui dampak maslahat dan mudhorrot apabila hukum itu diputuskan
  6. Memahami realita [10]

Kajian tafsir

QS: An-Nisa ayat: 59

Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rosul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berselisih tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-quraan) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

  1. Wahai orang orang beriman : Sebelum Allah memerintahkan Hamba-Nya dengan perintah, Ia memuliakannya dengan panggilan penghormatan “wahai orang orang yang beriman“. Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya mengutip perkataan Ibnu Mas’ud Seorang mufassir besar dari kalangan sahabat Nabi “Apabila kamu mendengar Allah berfirman “Wahai orang orang yang beriman“, maka perhatikanlah benar-benar, karena ada kebaikan yang akan Ia perintahkan, atau keburukan yang akan Ia larang”.[11] Nilai pendidikan ini hanya ada di dalam Al-quraan, sedangkan di kitab kitab terdahulu tertulis “wahai orang orang yang sengsara.”[12]
  2. Ta’atilah Allah dan ta’atilah Rosul : Muhammad Al-Amin As-Syanqiti dalam tafsirnya menjelaskan “Sebagian mufassirin berpendapat, taat kepada Allah itu dengan cara mengamalkan Alquraan, taat kepada Rosul itu dengan cara mengamalkan As-Sunnah…”[13], ini mendidik kita agar selalu berpegang teguh kepada Al-Quraan dan As-Sunnah.
  3. Dan ulil amri di antara kamu : Muhammad Ibnu Sholih Ibnu ‘Utsaimin mengatakan dalam tafsirnya “arti ulil amri Disematkan kepada Ulama dan Umaro, karena ulamalah yang menjelaskan Hukum syariat, mengarahkan ummat, dan merinci hukum-hukum Allah….Sedangkan peran Umaro sebagai ulil amri adalah membawa manusia kepada syariat Islam, menegakkan hudud kepada mereka yang menyelisihi hukum Allah, dan semuanya (ulama dan umaro) sama-sama mempunyai tanggung jawab yang besar.[14] nilai pendidikan yang didapat bahwasanya Allah mencintai peraturan dan ketertiban dalam segala hal maka dari itu seseorang diwajibkan taat kepada umara dan ulama demi terciptanya ketertiban.[15]
  4. Kemudian jika kamu berselisih tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-quraan) dan Rasul (sunnahnya) : Imam Alusi mengatakan “cara mengembalikan perselisihan kepada Allah dan rosul adalah dengan qiyas…apabila dalam kalian dalam kesepakatan berarti harus beramal dengan hal yang disepakati, dan ini adalah dalil tentang kedudukan Ijma”[16]
  5. jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian : Di dalam segala perkara, seorang mukmin akan selalu mengedepankan keputusan keputusan Allah dan Rosul-Nya, daripada hawa nafsunya belaka karena ia lebih mengharapkan Pahala dari Allah di akhirat kelak[17]

 

1. Al-Quraan Sumber Utama Pendidikan Islam

 

Ketika Allah subhanahu wata’la menciptakan manusia, Ia tidak meninggalkan manusia tanpa pegangan hidup, tetapi diturunkan kepada rosul-Nya Al-Quraan agar menjadikan mereka selalu berjalan di jalan yang benar

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا

Sesungguhnya Al-Quraan ini memberikan jalan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka pahala yang besar (al isra:9)

2. Karakteristik Al-Quraan Yang Berhubungan Dengan Pendidikan

  1. Al-Quraan Adalah Firman Allah

Ini melazimkan ketiadaan kontradiksi antara Firman Allah azza wa jalla dan akal manusia yang pada dasarnya adalah ciptaan Allah, sebagaimana yang difirmankan didalam Al-Quraan :

Sesungguhnya orang orang yang mengingkari Al-Quraan ketika Al-Quraan itu datang kepada mereka (mereka itu pasti akan celaka ) sesungguhnya Al-Quraan itu Kitab yang mulia , yang tidak datang kepadanya kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha bijaksana lagi Maha terpuji.(Fushilat :41-42)
Karena Al-Quraan dan As-Sunnah terjaga dari kesalahan apapun, ini menjadikannya sumber pendidikan yang istimewa yang tidak ada didalam sumber pendidikan yang lain.

Sesungguhnya Kami lah yang menurunkan adzkr dan sesungguhnya Kamilah yang benar benar memeliharanya (al hijr:9)

maka mustahil terjadi kontradiksi antara firman Allah dan akal, Ibnu Taimiah menjelaskan secara panjang lebar tentang pembahasan bahwasanya “akal yang jelas, tidak akan berbenturan dengan nukilan (Al-Quraan dan As-Sunnah) yang shohih” di dalam bukunya Dar’ut Ta’arudh.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

أَتَانِي جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّ أُمَّتَكَ مُخْتَلِفَةٌ بَعْدَكَ، قَالَ: فَقُلْتُ لَهُ: فَأَيْنَ الْمَخْرَجُ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: فَقَالَ: كِتَابُ اللَّهِ، بِهِ يَقْصِمُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ كُلَّ جَبَّارٍ، مَنِ اعْتَصَمَ بِهِ نَجَا، وَمَنْ تَرَكَهُ هَلَكَ، مَرَّتَيْنِ، قَوْلٌ فَصْلٌ وَلَيْسَ بِالْهَزْلِ، لَا تَخْلُقُهُ الْأَلْسُنُ، وَلَا تَفْنَى أَعَاجِيبُهُ، فِيهِ نَبَأُ مَا كَانَ قَبْلَكُمْ، وَفَصْلُ مَا بَيْنَكُمْ، وَخَبَرُ مَا هُوَ كَائِنٌ بَعْدَكُمْ

jibril mendatangiku dan berkata “wahai Muhammad sesungguhnya ummatmu berselisih sepeninggalan mu” Nabi bersabda ” maka apa solusinya wahai jibril?” Jibril menjawab “Kitabullah yang dengannya membinasakan setiap yang zalim, barangsiapa yang berpegang teguh dengannya maka dia akan selamat dan barangsiapa yang meninggalkannya maka dia akan binasa dua kali, Al-Quraan lah perkataan yang jelas , lugas yang tidak mengandung sendagurau ,yang tidak kering lisan untuk membacanya, tidak habis keajaibannya , di dalamnya terdapat kisah orang terdahulu , yang memutuskan perkara diantara kalian dan berita tentang apa yang akan terjadi setelah kalian[18]

maka tidak heran para ilmuan barat pun memuji Alquraan dengan perkataan ” suprising thing found in ancient book”.

  1. Allah Adalah Pendidik Yang Hakiki

Allah yang menciptakan para makhluqnya tentu lebih mengetahui apa saja yang harus ditempuh seorang makhluq agar bisa menuju kebahagiaan dunia dan akherat, Rosullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

أَدَّبَنِي رَبِّي فَأَحْسَنَ تَأْدِيبِي

Robbku telah mendidikku dengan pendidikan yang terbaik[19]

tidaklah wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya AlKitab , hikmah dan keNabian lalu berkata kepada manusia ” hendaklah kamu menjadi penyembah penyembahku bukan peyembah Allah” akan tetapi (orang tersebut akan berkata) “hendaklah kamu menjadi orang orang yang robbani (terdidik) karena kamu selalu mengajarkan al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya (ali’imran:79)

Ayat ini memberi isyarat bahwasanya para Nabi yang dididik langsung oleh Allah, menjadikan para Nabi tersebut ingin “menulari” sifat keterdidikannya kepada seluruh ummatnya.

  1. Allah Mensifati Firman-Nya Dengan Ruh , Nur (Cahaya ) Dhia (Cahaya Yang Menghangatkan), Furqon (Pembeda)

وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (52)

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh dari perintah Kami, sebelumnya kamu tidak mengetahui apakah Al-Quraan itu, dan apakah Iman itu akan tetapi Kami menjadikan Al-Quraan itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus (assyura :52)

أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (122)

Apakah orang yang sudah mati kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya ,yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan ditengah tengah masyarakat, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya ? demikianlah dijadikan orang yang kafir itu memandang baik apayang mereka kerjakan (alan’am :122)

وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى وَهَارُونَ الْفُرْقَانَ وَضِيَاءً وَذِكْرًا لِلْمُتَّقِينَ (48)

Dan sungguh telah Kami berikan kepada musa dan harun sebuah pembeda , sebagai cahaya penerang dan juga pengajaran bagi orang orang bertaqwa (al anbiya’:48).

Memberi isyarat kepada yang mentadaburi Al-Quraan, bahwa Al-Quraan bisa mendidik manusia yang hatinya sudah mati, karena Al-Quraan adalah Ruh, Al-Quraan bisa mendidik manusia terjerebab di dalam dunia kegelapan, karena Al-Quraan adalah Cahaya, Al-Quraan bisa mendidik manusia yang bersikap dingin terhadap masyarakat , karena Al-Quraan adalah Dhia (cahaya yang menghangatkan).

3. Karakteristik As-Sunnah Yang Berhubungan Dengan Pendidikan

  1. Semua Yang Bersumber Dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Adalah Benar

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya , ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (annajm :3-4)

 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: كُنْتُ أَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرِيدُ حِفْظَهُ، فَنَهَتْنِي قُرَيْشٌ وَقَالُوا: أَتَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ تَسْمَعُهُ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَشَرٌ يَتَكَلَّمُ فِي الْغَضَبِ، وَالرِّضَا، فَأَمْسَكْتُ عَنِ الْكِتَابِ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَوْمَأَ بِأُصْبُعِهِ إِلَى فِيهِ، فَقَالَ: «اكْتُبْ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا يَخْرُجُ مِنْهُ إِلَّا حَقٌّ»

dari abdullah bin amr rodhiAllahu ‘anhu berkata “aku menulis segala sesuatu yang ku dengar dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang aku ingin menhafalnya , Maka kaum quraisy melarangku dan berkata”Apakah kamu menulis segala sesuatu yang kamu dengar dari nya, padahal Rosullah shallallahu alaihi wa sallam manusia yang berbicara ketika marah dan ketika ridho, kemudian aku berhenti menulis , lalu aku ceritakan itu ke Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Beliaupun memberi isyarat dengan jemarinya menuju mulutnya seraya berkata “tulislah!! demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah yang keluar darinya (mulut) kecuali kebenaran[20]

ألاَ إنِّي أوتيتُ الكتابَ ومثلهُ معهُ

Ketahuilah bahwasanya diriku diberikan al Kitab (AlQuraan) dan yang semisalnya(As-Sunnah) bersamanya[21]

dari ayat dan Hadist ini para ulama pun menyimpulkan bahwa As-Sunnah mempunyai kedudukan penetap hukum yang sama dengan Al-Quraan, dan barangsiapa yang mentaati rosulnya maka ia mentaati Allah subhana wa ta’ala.

  1. Rasulullah Adalah Pendidik Berbagai Hal Yang Membawa Kebahagian Dunia Dan Akhirat

Ketika Nabi ibrahim alaihi salam berdoa “wahai robb Kami,utuslah untuk mereka seorang rosul dari kalangan mereka,membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (AlQuraan) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Al-Baqoroh:129) di dalam doanya Nabi Ibrahim ‘Alaihi salam mendahulukan pengajaran dari pada pensucian diri .

Allah mengabulkan doa dan mengabadikan nya di dalam Al Quraan di tiga tempat

ﯗ ﯘ ﯙ ﯚ ﯛ   ﯜ ﯝ ﯞ ﯟ ﯠ ﯡ     ﯢ ﯣ ﯤ ﯥ ﯦ ﯧ ﯨ

Sebagaimana Kami telah mengutus kepada kalian rosul diantara kalian, membacakan kepada kalian ayat-ayat Kami, dan mensucikan jiwa kalian, dan mengajarkan kalian Al-Quraan dan al hikmah dan juga mengajarkan kepada kalian apa yang belum kalian ketahui (Al-Baqoroh: 151)

 

Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rosul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan ayat ayat Allah, mensucikan jiwa mereka, juga mengajarkan Al Kitab dan Al hikmah. Dan sesungguhnya sebelum kedatangan Nabi itu , mereka dalam kesesatan yang nyata (alimron :164)

 

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rosul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan ayat ayat Allah , mensucikan jiwa mereka , juga mengajarkan Al Kitab dan Al hikmah. Dan sesungguhnya sebelum kedatangan Nabi itu , mereka dalam kesesatan yang nyata. ( Al-Jum’ah: 2)

Allah mengabulkan Doa Nabi Ibrahim dengan urutan yang sedikit berbeda, Allah subhanahu wa ta’ala mengedepankan penyucian jiwa sebagai tugas rosulnya bukan sekedar transfer ilmu semata kepada ummat nya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda

إِنَّ اللهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّتًا، وَلَا مُتَعَنِّتًا، وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا»

sesungguhnya Allah tidak mengutusku untuk memaksa orang atau menjerumuskannya ,akan tetapi Dia mengutusku sebagai pengajar dan orang yang memudahkan urusan.[22]

Sebagai pendidik yang sempurna Rasulullah mendidik para sahabatnya dalam segala aspek kehidupan mulai dari aqidah, ibadah mahdhoh, mu’amalah, sampai hal hal yang dianggap oleh Kita remeh.
عَنْ سَلْمَانَ، قَالَ: قِيلَ لَهُ: قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ قَالَ: فَقَالَ: أَجَلْ «لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ، أَوْ بَوْلٍ، أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِينِ، (الحديث)

Salman Al-Farisi ditanya “apakah sungguh Nabi mu mengajarkan segala hal sampai tata cara buang hajat?? salman menjawab “iya, beliau melarang Kita menghadap qiblat ketika buang hajat atau kencing, dan tidak menggunakan tangan kanan ketika membersihkannya[23]

“قَالَ أَبُو ذَرٍّ: “لَقَدْ تَرَكَنَا مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمَا يُحَرِّكُ طَائِرٌ جَنَاحَيْهِ فِي السَّمَاءِ إِلَّا أَذْكَرَنَا مِنْهُ عِلْمًا ”

Abu Dzar berkata “sungguh, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam telah meninggalkan Kita, dan tiada burung yang mengepakkan sayapnya di udara kecuali beliau telah menyebutkan kepada Kami akan ilmunya.[24]

قال عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: قَامَ فِينَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَقَامًا، فَأَخْبَرَنَا عَنْ بَدْءِ الخَلْقِ، حَتَّى دَخَلَ أَهْلُ الجَنَّةِ مَنَازِلَهُمْ، وَأَهْلُ النَّارِ مَنَازِلَهُمْ، حَفِظَ ذَلِكَ مَنْ حَفِظَهُ، وَنَسِيَهُ مَنْ نَسِيَهُ

Umar RA berkata :pernah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam berdiri diantara Kami dalam waktu yang lama , maka beliau mengabarkan kepada Kami mulai dari awal penciptaan makhluq sampai masuknya Ahli surga ke tempat tinggal mereka , dan ahli neraka ke tempat tinggalnya , diantara Kita ada yang ingat peristiwa tersebut hafal, dan dan yang lupa peristiwa tersebut.[25]

  1. Rasulullah Adalah Teladan Yang Baik Dalam Segala Hal

عن عائشة رضي الله عنها أنها سُئلت عن خلق النبي صلى الله عليه وسلم، فقالت: كَان خُلقُه الُقرآن

Aisyah RA pernah ditanya tentang Akhlaq Nabi, maka Dia menjawab “Akhlaqnya adalah Al-Quraan”[26]

 

sungguh telah ada teladan yang baik untuk kalian dalam diri Rasulullah , bagi yang mengharap Allah dan hari akhir, juga bagi yang banyak mengingat Allah (Al-Ahzab :21)

Yang menarik dari ayat ini adalah Allah menyebutkan ayat tersebut di surat Al-Ahzab , dimana surat tersebut bercerita tentang berbagai problem yang dialami Rasulullah dan umat Islam pada saat itu, mulai dari problem anak angkat, konspirasi yahudi, pengepungan pasukan sekutu, penggembosan semangat mukmin dari kalangan munafiqin, perceraian, pendidikan istri-istri Nabi, cara berpakaian, dan berbagai problem lainnya. seakan akan memberi isyarat kepada seluruh umat Islam apapun problemnya tetap jadikanlah Rasulullah teladan, lihatlah Rasulullah bagaimana cara menyelesaikan problem tersebut.

katakanlah (wahai Muhammad) apabila kalian mencintai Allah maka ikutilah Aku, Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa dosa kalian, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (al’imron:31).

4. Mengambil Manfaat Sumber Tambahan Dalam Pendidikan

 

Islam adalah dien yang sempurna dan tidak lengkang oleh waktu , menerima inovasi yang bermanfaat, maka para ushuliyyun menjadikan qiyas, mashlahah mursalah, saddu zariah sebagai perangkat untuk menghukumi suatu inovasi dan peristiwa yang sebelumnya tidak ada di zaman rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Secara ringkasnya, mashlahah mursalah adalah pengambil keputusan dalam rangka mengambil manfaat ataupun menolak kerusakan, yang keputusan tersebut tidak tertera baik itu perintah melakukan keputusan ataupun pelarangannya di dalam Al-Quraan dan As-Sunnah.

Karena menurut Ibnu Qoyyim, syariat Allah itu apa apa yang menunjukkan kepada keadilan, apabila disana ada keadilan dan mashlahat maka itulah syariat Allah[27].

Islam juga menerima inovasi dari bangsa manapun, selama itu tidak menyalahi nash nash Al-Quraan dan As-Sunnah

«الْحِكْمَةُ ضَالَّةُ الْمُؤْمِنِ، حَيْثُمَا وَجَدَ الْمُؤْمِنُ ضَالَّتَهُ فَلْيَجْمَعْهَا إِلَيْهِ»

Kebijaksanaan adalah seperti barang kehilangan milik orang mukmin, dimanapun seorang mukmin itu mendapatkannya maka kumpulkanlah.[28]

Bukankah Nabi Muhammad mengambil inovasi persia dalam perang dengan membuat parit ?[29], bukankah suri tauladan kita mengambil manfaat dari peradaban romawi dengan menggunakan stempel pada surat suratnya? [30], dan shallallahu alaihi wa sallam mengunakan mimbar yang pada dasarnya mimbar itu dari peradaban negeri habasyah ?[31]

Profesor Akrom Dhia Al-Umari berkomentar “Dalam ini semua menunjukkan bahwasanya Kita boleh mengambil manfaat dari inovasi dan peradaban bangsa lain dengan syarat tidak menyelisihi hukum syariat ,ruh syariat dan kaidah kaidah umum”[32]

akan tetapi yang tetap harus digaris bawahi oleh seorang muslim bahwasanya

لا مساغ للاجتهاد في مورد النص

“tidak boleh berijtihad apabila hukum itu sudah jelas di dalam Al-Quraan As-Sunnah ataupun ijma.[33]

 

 

 

Allah subhanahu wata’ala berfirman :

tidaklah pantas bagi orang mukmin laki laki dan orang mukmin perempuan apabila Allah dan rosulnya telah memutuskan suatu perkara, dia menjadikan sekedar pilihan , dan barang siapa yang bermaksiat kepada Allah dan rasul-Nya maka ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata (al ahzab:36)

Kajian Implementasi

 

Instansi pendidikan baru bisa dikatakan islami apabila ia menjadikan Al-Quraan dan As-Sunnah sebagai sumber utamanya. Untuk itu, dalam pembentukan Instansi pendidikan perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:

  1. Selalu mendahulukan keputusan Allah dan Rosul-Nya, dan tidak mendahulukan pendapatnya hanya demi mengambil keuntungan dunia semata.
  2. Sebuah instansi islam harus mengetahui buku buku hadist rosulullah agar dapat mencontoh sistem pendidikan yang beliau pakai, supaya bisa mencetak generasi seperti sahabat Nabi.

Buku Buku Hadist Yang Berkaitan Dengan Pendidikan, apabila ditinjau dari pendidikan secara menyeluruh itu artinya semua buku Hadist adalah buku pendidikan , mulai dari Muwatho karya Imam Malik Bin Anas (179 H) Musnad karya Imam Ahmad (241 H) Jamii Shohih karya Imam Al-Bukhori (256 H), Musnad Shohih Mukhtashor karya Imam Muslim (261 H) Sunan Abi Daud ( 275H) Sunan Ibnu Majah (273H) Sunan tirmizi (279 H) Sunan An-Nasaii (303 H) dan Kitab Kitab Hadist yang lainnya, kemudian disekitar tahun 970 H seorang ulama India bernama ‘Alauddin Ali Bin Hisam berusaha mengumpulkan semuanya baik itu dari perkataan dan perbuatan Rasulullah dan memberi nama Kitabnya dengan kanzul ummal yang memuat lebih dari 45000 Hadist.

Adapun jika pendidikan diartikan dengan akhlaq baik Nabi, motivasi dan ancaman, tatakrama maka buku buku Hadist yang dimasukkan dalam katagori tersebut adalah Syamaiil Muhammadiah karya Imam Tirmizi, Al-Adabul Mufrod karya Imam Al-Bukhori, Riyadhus Sholihin karya Imam An-Nawawi (676H), At-Targhib wat Tarhib karya Imam Munziri (656H), dan lain lain.

  1. Perlu adanya di setiap lembaga pendidikan seorang pimbimbing atau konsultan yang bertaraf mujtahid agar bisa dijadikan rujukan oleh para pendidik yang berlabel Islam.
  2. Dalam membuat aturan sebuah instansi pendidikan harus bisa menyampaikan pesan bahwasanya dalam menjalankan peraturan ini harus bertujuan ridho Allah dan mengharap pahala di hari akhir.

 

 

 

Kesimpulan

  1. Sumber pendidikan Islam itu mempunyai dasar yang sama dengan sumber dasar hukum Islam.
  2. Al Quraan dan As-Sunnah adalah sumber pokok dalam pendidikan Islam, karena itu adalah satu satunya sumber yang terbebas dari kesalahan, dan revisi.
  3. Rasulullah mendidik ummatnya segala macam hal yang membawa mereka kepada kebahagian dunia dan akhirat, maka jika ingin mendapatkan kebahagian dunia akhirat Kita diharuskan untuk mengikutinya.
  4. Dasar hukum yang lain selain Al-Quraan dan As-Sunnah adalah ijma, qiyas,istihsan, istishab, qoul shohabi mashlahah al mursalah, sadduzariah, al-urf yang dibahas panjang lebar di Kitab ushul fiqh.
  5. Seseorang dibolehkan berijtihad apabila dia sudah mencapai syarat yang ditentukan.
  6. Ijtihad seseorang akan tidak dianggap apabila Ijtihad nya menyelisihi nash nash syariat.

 

 

Saran

  1. Karena terbukanya sistem pendidikan di era sekarang, itu berarti kaum muslimin harus berusaha lebih giat mempromiskan konsep Islamnya agar tidak kalah dengan konsep liberal dan lainnya.
  2. Bersama sama meninjau kembali bagi yang sedang mempromosikan konsep Islami, apakah benar benar sudah sesuai dengan sumber sumber Islam atau belum.
  3. Perlunya keterbukaan terhadap inovasi pendidikan yang ada di zaman sekarang tanpa meniggalkan kaidah keislaman.

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Al-Alusi,Mahmud. 1993. Ruhul Ma’ani, Beirut: Dar Kutubul Ilmiah.

Al-Asqolani, Ibnu Hajar. 1957. Fathul Bari, Libanon: Darul Ma’rifah.

Al-Bukhori, Muhammad Ibnu Ismail. 2000. Shohih Al bukhori, Beirut: Dar Thuqun Najah.

_________.1989. Al Adabul Mufrod, Libanon: Dar basyair.

Al-Jauziah, Ibnul Qoyyim. 1991. I’lamul Muwaqiin, Libanon: Dar Kutub Al Ilmiah.

Al-Judaii, Abdullah. 1997. Taisir Ilmi Ushul fiqh, Libanon: Maktabah Royyan.

Al-Qudhoii, Abu Abdillah. 1982. Musnad Syihab, Beirut: Muasasah Risalah.

An-Nahlawi, Abdur Rahman. 2007. Usul Tarbiah Al-Islamiah, Damaskus: Darul Fikr.

An-Namlah, Abdul Karim. 2000. Al-Jami’i Limasail Ushul fiqh, Riyadh: Maktabah Rusd .

Ar-Rozi, Ibnu Abi Hatim. 2000. Tafsirul Quraanil Adhim, Saudi : Maktabah Nazar.

As-Sijistani, Abu Daud.TT. Sunan, Beirut: Maktabah ‘Ashriyah.

As-Syaukani, Muhummad Ibnu Ali. 1999. Irsyadul Fuhul, Damaskus: Darul Kitab al aroby.

Az-Zuhaily, Musthofa. 2006. Al-Qowaid Al-Fiqhiah, Damaskus: Dar Fikr.

Az-Zuhaily, Wahbah. 1996. Tafsir Al-Munir, Damaskus: Darul Fikr.

Bin Hanbal, Ahmad. 1995. Musnad, Mesir: Darul Hadist.

Dhia, Akrom. 1994. Siroh Nabawiah Ashohihah, Madinah: Dar Ulum Wal Hikam.

Ibnu Utsaimin, Muhammad. 2008. Tafsirul Quraanil Karim Shurotin Nisa, Unaizah: Darul Ibnil Jauzi.

Zaidan, Abdul Karim. 1976. Al-Wajiz Fi Usul Fiqh, Libanon: Dar Qurtuba.

 

[1] Lihat Abdurrahman An-Nahlawi, Usul Tarbiah Wa Asalibuha, Damaskus :Darul fikr, 2007 hal:16

[2] Lihat : DR Abdullah Judaii, Taisir Ushul fiqh, Beirut :Maktabah Ar Rayyan, 2007 hal :111

[3] Ibid., hal.124

[4] lihat: DR Abdul Karim An Namlah, Al Jami’i Masail Ushul fiqh, Riyadh :Maktabah Ar-Rusd, 2000 hal:315

[5] lihat : DR Abdul Karim Zaidan, Al Wajiz Fie Usul Fiqh, Libanon: Darul qurtuba, 1976 hal:230

[6] Ibid., h.237

[7] HR.Abu Daud no 3592 dan dishahihkan oleh Ibnul Qoyyim di dalam I’lam Muwaqi’in

[8] Ibnul Qoyyim,I’lamul Muwaqi’in, Libanon: Dar kutub ilmiah,1991, hal:49

[9] Imam Syaukani, Irsyadul Fuhul, Damaskus: Darul Kutub Aroby, 1999, jilid2/205

[10] lihat lebih detail di i’lamul muwaqiin Ibnul Qoyyim jilid 1/69

[11] Ibnu Abi Hatim Ar-Rozi, Tafsirul Quraanil Adhim, Saudi: Maktabah Nazar, 2000 jilid :1 hal:196

[12] Ibid

[13] Muhammad Al-Amin As-Syanqiti, Adhwaul Bayan, Beirut: Darul Fikr, 1995 jilid :1 hal: 245

[14] Muhammad Ibnu Utsaimin, Tafsirul Quraanil Karim Shurotin Nisa, Unaizah:Darul Ibnil Jauzi 2008 jilid:1 hal:447

[15] ibid,,hal 456-457

[16] lihat AL-Alusi,Ruhul Ma’ani, Beirut: Dar Kutubul Ilmiah,1993 jilid: 3 hal:56

[17] Lihat: Wahbah Az-Zuhaily, Tafsir Al-Munir, Damaskus:Darul Fikr 1996 Jilid:5 Hal :127

[18] HR Imam Ahmad no 666 , dilemahkan oleh Ahmad Syakir

 

[19] HR :Ibnu sam’ani lihat jamii shoghir no 1262

[20] HR abu daud no: 3646

[21] HR abu daud no:4604

[22] HR.muslim no:1478

[23] HR.Muslim no:1478

[24] HR.Imam Ahmad no:21361

[25] HR.Bukhori no:3192

[26] HR.Bukhori di Adabul Mufrod no:308

[27] Lihat lebih detail di i’lamul muwaqiin jilid 4/283

[28] HR.Qudhoi di Musnad Syihab no:146

[29] Lihat cerita usulan salman al farisi di fathul bari jilid 7/393

[30] Hadist tentang ini diriwayatkan oleh Bukhori no :7162

[31] Acara televisi Fiqhul Khilaf saluran Al-Majd Syekh Mujammad Hasan Walad dadaw

[32] Prof Dr Akrom dhia ,Siroh An-Nabawiah As-Shohihah, jilid 2/459

[33] Qowaid fiqhiah DR musthofa zuhaily hal:499

 

Resensi Buku : Muslimlah Daripada Liberal

 

1681-500x500

Buku ini adalah sebuah catatan perjalanan Dr.Adian Husaini selama 22 hari di Inggris, sebagaimana yang diketahui negeri Inggris adalah negeri yang subur dengan pemikiran liberal, sang penulis yang juga mempunyai latar belakang wartawan sangat lihai memaparkan apa yang ia lihat di negeri tersebut, tentu dengan kacamata seorang muslim, dikarenakan kelihaiannya dalam merekam informasi, tidak heran buku ditulis dengan sangat singkat, sang penulis menyelesaikan penulisan buku ini hanya lima hari setelah kepulangannya dari Inggris.

Sebetulnya buku catatan perjalanan bukan hal yang baru dalam peradaban Islam, Ibnu Bathutah (wafat tahun 1377 masehi) menulis kisah perjalananya dari maroko, mesir, hijaz, iraq, India, hingga pulau Jawa, beliau mengabadikan apa yang ia lihat, baik itu raja negeri tersebut, peradaban ataupun hewan hewan yang ada di sana dalam bukunya setebal lima jilid, begitu juga Ibnu Kholdun(wafat tahun 1400 masehi) menulis “auto biografi”nya dengan judul “[1]الرحلة” menceritakan perjalanan hidupnya yang berpindah pindah dalam tiga ratus halaman, di zaman modern ini ada Syekh Taqiyuddin Al-Hilali(wafat tahun 1987 masehi) yang menulis tentang perjalanannya menuju kutub utara dan menamai bukunya dengan judul”AsSyamsu Fi Nisfhil Lail[2]“, dan sekarang kitab DR. Adian ini muncul di tengah tengah para pembaca, bukan sekedar menambah khazanah kitab dalam tema yang berhubungan dalam masalah ini, akan tetapi juga menjadi penerang dalam bagaimana cara seorang muslim memandang “keajaiban dunia” dalam setiap perjalanan hidupnya.

Kota Yang Dikunjungi

 

Dalam bukunya disebutkan, penulis berkunjung ke berbagai kota seperti London, Nottingham, Birmingham, Manchester, Liecester, Sheffield, Oxford, Newcastle, Bristol, Juga Edinburg. Tentu ini prestasi tersendiri bagi penulis, yang mana perjalanannya di Inggris bisa dikatakan cukup singkat hanya dua puluh dua hari, di samping itu hampir di setiap kunjungannya ke kota-kota tersebut, jika terdapat komunitas Indonesia ,sang penulis mengisi acara pengajian baik itu dalam skala kecil kecilan ataupun sedang, dan tidak lupa di setiap kunjungannya ke kota sang penulis hampir selalu menyempatkan berkunjung ke toko buku, baik itu toko buku yang menjual buku baru ataupun toko buku bekas, nampaknya sang penulis condong dengan pendapat “Selama buku itu belum dibaca berarti buku itu adalah baru”.

Penulis juga menceritakan keindahan kota kota yang ada di Inggris, sikap professional pemerintahnya dalam melestarikan bangunan kuno, juga memadukankan dengan bangunan modern, juga keteraturan lalu lintas, dan penulis mengatakan mencontoh hal-hal yang positif seperti ini sangat boleh untuk ditiru oleh muslim, mungkin beliau mengintisarikan pendapatnya dari hadist :

الْحِكْمَةُ ضَالَّةُ الْمُؤْمِنِ، حَيْثُمَا وَجَدَ الْمُؤْمِنُ ضَالَّتَهُ فَلْيَجْمَعْهَا إِلَيْهِ

Kebijaksanaan adalah seperti barang kehilangan milik orang mukmin, dimanapun seorang mukmin itu mendapatkannya maka kumpulkanlah.

Orang Indonesia Di Inggris

 

Di dalam catatan perjalanan ini akan anda jumpai kisah-kisah muslim Indonesia yang patut diacungi jempol, mulai dari banyaknya mahasiswa S-3 di Univesitas-universitas terkenal Inggris, perjuangan mereka mendapat beasiswa, atau mereka yang kuliah di sana, tanpa beasiswa tapi mengcover semua biaya kebutuhan dengan kerja part time, anda akan mendapatkan sebagian warga Indonesia yang sudah menjadi dosen di negeri tersebut, pedagang sukses, juga para alumni IPTN yang sekarang bekerja untuk pembuatan pesawat terbang di Eropa. Dari sini bisa disadari bahwa manusia Indonesia punya daya saing dengan bangsa Barat, dan kita juga bisa melihat beratnya tantangan para perantau tersebut untuk menjaga keutuhan dien yang mereka peluk, sebagaimana hadist nabi

يأتي على الناس زمان الصابر فيهم على دينه كالقابض على الجمر

“Akan datang suatu zaman kepada manusia, seseorang yang sabar di atas diennya, seperti orang yang memegang bara api” -HR Tirmizi-

Bertemu Orang Hebat

 

“Berpetualanglah maka kau akan bertemu orang pengganti dari orang yang kau tinggalkan.” Pepatah arab yang saya kira si penulis merasakan betul arti tersebut, dalam perjalanannya di Inggris beliau bertemu Prof Salim TS Al-Hassani yang terkenal dengan bukunya, 1001 Inventions: Muslim Heritage In Our World, DR.Adian juga sempat melihat pameran sains Islam yang bertajuk”1001 Penemuan, Temukan Warisan Muslim Di Dunia kita, Mengungkap 1000 tahun Sains dan Teknologi”, setelah melihat pameran tersebut, sampai DR.Adian mengharap agar pameran ini bisa diadakan di Indonesia yang mayoritasnya adalah muslim.

Selain itu beliau bertemu dengan DR.SE. Aldjazairi. Sejarawan yang tertarik dengan sejarah Islam, dan mengharap adanya kerjasama dan tindak lanjut dari pembicaraan mereka di perpustakaan sejarawan tersebut, tidak dilupakan pula selama perjalanannya di Inggris DR.Adian biasa ditemani oleh para mahasiswa Indonesia S-3 dari berbagai macam bidang yang tentu beliau mempunyai kesan tersendiri.

 

Pengajian Dan Pertanyaan

 

Selama dalam perjalanan DR Adian hampir selalu menyempatkan untuk memberi pengajian bersama komunitas Muslim Indonesia yang berada disana, dalam pengajiannya beliau “berduet” dengan teman seperjalananya yaitu DR.Fahmi Zarkasyi, dengan berbagai macam tema yang relevan dengan keadaan para pendengar, salah satu yang tema pengajian yang menarik adalah pentingnya seorang muslim akan adanya Hari perhitungan (yaumul hisab), seorang muslim tidak akan haus jabatan, karena jabatan itu nantinya akan ditanya di akhirat kelak, Seorang istri akan menyuruh suaminya berpoligami, karena akan meringankan hitungan hari tanggung jawab sang istri dalam merawat suami, begitu juga sebaliknya sang suami akan berpikir ulang untuk poligami, karena itu akan menambah tanggung jawab dan beban di Akhirat.

Dalam sesi pertanyaan banyak pertanyaan yang amat berkualitas, mungkin dikarenakan para hadirinnya adalah orang berpendidikan, salah satu yang menarik dari pertanyaan para hadirin adalah masalah demokrasi , beliau menjawab panjang lebar masalah ini, mulai dari perbedaan antara demokrasi dan Syura, pembahasan ulama terdahulu dalam masalah ini, perjuangan sebagian ulama dalam “mengIslamkan” demokrasi, menghomati ijtihad dan berhati-hati dalam mengkafirkan seseorang.

Yang Menarik Dari Catatan Perjalanan Ini

 

Sang penulis berusaha selalu menampilkan bagaimana Islam memandang dunia ini, mulai dari lebih memilih tidak solat di bandara walaupun disediakan tempat beribadah bersama untuk seluruh agama, selalu menyebutkan “Alhamdulillah” ketika bisa tidur pulas karena tidur adalah nikmat, berusaha menyelipkan pembahasan serius masalah Akidah, Theologi, Bahaya Liberal, juga kerapuhan pemikiran selain Islam, dan masih banyak lagi sampai kadang membuat kita berkata dalam hati “oh iya juga yah, harusnya beginilah sikap muslim”.

            walhasil buku ini cukup menarik untuk dibaca, bukan hanya sekedar catatan perjalanan biasa tapi insya Allah membuat anda semakin bersyukur bahwa anda memeluk dien Islam, nampaknya buku ini juga perlu dibaca bagi mereka yang sekedar ingin tahu sekilas keadaan Inggris.

[1] sebuah perjalanan

[2] matahari di tengah malam

Iri Kanan Kiri

Minggu lalu saya melihat acara televisi National Geographic “BrainGame”, tentang penelitian dua ekor monyet yang pada awalnya sama-sama diberi makan pisang, lalu dua ekor monyet tersebut memakan pisang yang diberikan dan terlihat senang hati juga bahagia (kata penelitinya sih begitu).Kemudian monyet A diberi anggur dan monyet B kembali diberi pisang, ternyata monyet B langsung melempar pisang sambil berteriak-teriak tidak jelas ketika melihat monyet A memakan makanan yang lebih lezat daripada yang ada ditangannya!!

“Iri itu sifat yang tersimpan dalam jiwa insan, seseorang cenderung tidak suka apabila teman setingkatnya unggul dalam suatuhal sedangkan dirinya tidak ” ucap Ibnu Rajab dalam kitab Jami’Al-’UlumWal Hikam.

“Bisa dibilang dosa pertama yang terjadi di langit adalah iri, dan dosa pertama kali yang terjadi dibumi juga karena iri,” ucap Imam Qurtubi ketika menafsirkan Surat An-Nisa’ ayat 54. Kemudian beliau menjelaskan, “Adapun dosa pertama yang terjadi di langit adalah kedengkian iblis terhadap Nabi Adam, sedangkan dosa pertama di bumi adalah ketika Qobil mendengki Habil.” Toh akibat kedengkian di langit iblis berhasil ikut menyeret Nabi Adam keluar dari nikmat-nikmat yang ada sebelumnya, dan akibat kedengkian pertama yang terjadi dibumi, Qobil membunuh Habil, yang akhirnya tindakan Qobil itu menjadi “inspirasi” bagi para penjahat sampai detik ini.

AaGym pernah berceritatentang masalah iri hati : “Dulu ada seorang kaya raya berkata kepada temannya, ‘Kamu minta apa saja,saya akan memberimu kawan, tapi dengan syarat tetanggamu mendapat dua kali lipat dari apa yang kamu minta,’ mendengar temannya memberi tawaran menarik tersebut, ia langsung menjawab, ‘Ya sudah, congkel mataku sebelah kanan, biar tetanggaku juga tercongkel matanya kiri dan kanan!!”

“Jauhilah sifat iri hati! Karena iri hati itu melahap kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar,” sabda RasulullahSAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud.

Jauh sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah, orang-orang Yahudi sudah lama menempati Madinah, tujuannya apa? Mereka lebih dahulu pindah ke Madinah demi menyambut kedatangan Sang Nabi sebagaimana yang dijanjikan di dalam Taurat, mereka selalu berkata, “Tunggu saja wahai kaum Arab, kalau Nabi Allah itu datang kami akan beriman kepadanya dan memenangkan peperangan,” namun, ketika mengetahui bahwasanya Nabi yang diutus bukan dari golongan Yahudi, mereka langsung mengingkarinya. Rasa iri mereka lebih hebat dari kepercayaan mereka kepada Rabbnya, terlalu berat bagi mereka untuk berbagi kebaikan kepada orang selain golongan mereka, ironis memang, tapi memang itulah hebatnya iri hati.

“Kalau kalian sudah menang dari Romawi dan Persia, akan menjadi seperti apa kalian?” tanya RasulullahSAW kepada para sahabatnya, “Kami akan menjadi seperti yang Allah perintahkan wahai Rasulullah” Abdurrahman bin Auf rodhiallahu ‘anhu salah satu sahabat senior mencoba menjawab, kemudian Rasulullah SAW Menjawab, “Atau bisa jadi selain itu, kalian malah saling bersaing, lalu kalian saling mendengki, lalu kalian saling berpaling, lalu kalian saling memusuhi, lalu kalian saling mencari pemimpin masing-masing.”

Dalam pergaulan kita di dunia nyata, tentu kita mempunyai teman seperjuangan dalam susah dan sedih ketika menuntut ilmu, mencari rezeki, mengejar jodoh ataupun aspek lainnya. Namun, ketika teman seperjuangan mendapat lebih, akan timbul rasa iri yang biasanya tergambarkan dengan celotehan yang kita anggap ringan, “Dulu sifulan itu bodoh dan malesloh, kok bisa yah ia diterima di Universitas itu”, “Si fulankan jelek kokdapetnya cantik yah”, “Enak amat si fulan, kerja dikit uang kayak tisu,”pada dasarnya mau tidak mau, ungkapan itu seakan-akan mengkritik takdir Allah SWT, bukankah itu semua adalah pemberian dari Allah yang Ia berikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki??

“Kalau seseorang ingin melihat mereka yang diberi kelebihan dalam masalah harta dan fisik, hendaklah ia melihat orang yang dibawahnya,” sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.Dalam riwayat yang lain Nabi menjelaskan manfaat dari tips tersebut, “Hendaklah kamu melihat yang keadaannya di bawahmu, dan janganlah kamu melihat orang yang keadaannya di atasmu, karena yang demikian itu lebih patut sehingga engkau tidak menganggap kecil nikmat Allah kepadamu.”

Toh kita bukan seekor kera yang melempar satu-satunya pisang ketika melihat temannya mendapat anggur, dan konyol juga rasanya kalau kita rela menghilangkan satu mata kita demi menghilangkan dua mata tetangga kita.Kita punya akal yang bisa membawa kita untuk bersyukur kepada Allah SWT.Ketika melihat rumput tetangga lebih hijau, berpikirlah lebih jauh, bisa jadi itu karena tetanggamu selalu meminta hujan rahmat kepada Allah untuk tamannya, ia selalu menambahkan pupuk amal saleh pada tamannya hingga kitapun mendapat udara segar tambahan dari taman tersebut.Apabila rumput tetangga kita yang jahat terlihat lebih hijau, berpikirlah lebih jauh, bisa jadi itu hanya rumput sintetis palsu yang tidak menyejukkan pemiliknya, lagi tidak bermanfaat bagi orang lain.

Bukankah Nabi bersabda : “Seseorang tidaklah beriman,sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.”

Bukankah sesama orang Islam itu bagaikan satu tubuh? Jika anda tidak merasakan senang atas kesenangan orang muslim, jangan-jangan tubuh anda sedang terbius.

Mari tersenyum atas segala nikmat yang diberikan kepada saudara kita,untuk kebahagiaan kita dan dirinya. Semua adalah anugerah dari Allah, kita yang tidak pernah menanam sesuatu maka jangan pernah merasa kehilangan sesuatu.

cobalah lihat ke bawah : Ia tidak pernah tahu rumput yang lebih hijau , yang Ia tahu karung hijau untuk mengais rizki

cobalah lihat ke bawah : Ia tidak  pernah tahu rumput yang lebih hijau , yang Ia tahu karung hijau untuk mengais rizki

universitas marga satwa

Ketika Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dilemparkan oleh kaumnya ke dalam perapian raksasa, seluruh hewan melata berusaha untuk memadamkan bara api yang ada di sekitar Nabi Ibrahim, kecuali seekor tokek, ia malah berusaha mengipas-ngipas bara api agar tetap menyala[1]. Tentu kita semua mengetahui akhir dari cerita tersebut, bukan karena binatang melata api yang membakar Nabi Ibrahim menjadi padam, bukan juga karena usaha keras tokek  yang membuat api itu tetap membara, tetapi  Allah subhanahuwata’ala  langsunglah yang menunjukan kebesaran-Nya dengan menyuruh api agar menjadi sejuk dan menyelamatkan Nabi Ibrahim.[2]

Tentu sebanyak apapun binatang melata mencoba memadamkan perapian raksasa tersebut, ia tetap tidak akan padam, begitu juga apapun yang dilakukan si tokek tidak akan merubah keadaan, tapi di kisah tersebut terdapat pelajaran bagaimana cara bersikap dan keberpihakan terhadap kebenaran, walaupun seakan-akan keberpihakan kita tidak ada dampaknya sama sekali.

Allah subhanahuwata’ala berfirman  :

 وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ      

Artinya : “Tidaklah satupun dari binatang melata ataupun burung yang terbang dengan sayapnya, kecuali mereka adalah umat seperti kalian.” (Al-An’am : 38)

“Tidaklah seorang pun di bumi ini, kecuali mempunyai kemiripian dengan hewan,” Ucap Sufyan ibnu ‘Uyainah mencoba menjelaskan ayat tersebut, “Sebagian manusia ada yang mengaum seperti  harimau, suka mengong-gong seperti anjing, dan ada juga yang sifatnya seperti babi yang apabila ia diberi makanan yang baik ia tidak memakannya, namun apabila ia diberi kotoran, ia melahapnya. Begitu juga sebagian manusia, kalau diberi puluhan kalimat hikmah dan nasehat indah, ia tak bisa menghafalnya, namun jika ia melihat kesalahan seseorang ia pasti langsung menghafalnya.” Demikan ucapan sang tabi’u tabiin masyhur ini yang direkam oleh Khottobi dalam Kitab Al-Uzlah[3].

Mempunyai sifat seperti salah satu binatang, kami rasa tidaklah sepenuhnya jelek dan buruk, sebagaimana yang diisyaratkan oleh ayat di atas. Yang kita perlukan adalah bagaimana memilah sifat-sifat yang berhak kita sematkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Suatu waktu para murid Imam Sya’bi memberanikan diri mereka untuk bertanya kepada guru mereka, “Wahai gurunda, tolong beritahu kami bagaimana anda bisa mendapatkan ilmu sebanyak ini?” Tanya para murid kerena melihat keluasan ilmu sang guru sampai-sampai sering disebut, “Ibnu Abbas-nya zaman tabiin,” sang guru pun menjawab, “Saya menuntut ilmu dengan sabar, sebagaimana sabarnya keledai, menuntut ilmu dengan rajin sebagaimana rajinnya gagak,”[4] analogi sang guru ini dicerna betul-betul oleh para muridnya. Keledai tidak pernah mengeluh dengan perihnya cambukan, jauhnya perjalanan, ataupun tajamnya celaan. Begitu juga burung gagak, ia selalu disiplin mengepakkan sayapnya demi mencari makanan sebelum fajar terbit, kemudian kembali sebelum matahari terbenam.

Tidak ada salahnya kita mengambil pelajaran dari makhluk yang kita anggap lebih rendah dari pada kita, itu semuanya mengajarkan kita untuk selalu rendah hati, dan lapang dada, sebagaimana Nabi Sulaiman mengambil pelajaran dari burung hudhud ketika berkata “Aku mengetahui apa yang kamu belum ketahui, aku datang kepadamu dari negeri Saba dengan berita yang besar.” )An-Naml : 22). Dan atas jasa burung hudhud jugalah, pada akhirnya penduduk negeri Saba beribadah kepada Allah semata. Sebelum Nabi Sulaiman ada Qobil yang akhirnya mengambil pelajaran dari burung gagak  bagaimana cara mengubur saudaranya yang meninggal. Ia berkata dalam keadaan menyesal “Aduhai celakalah aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti apa yang burung gagak ini lakukan, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku.” (Al-Maidah : 31), maka tidak berlebihan jika Ibnu Taimiah mengutip perkataan  Muaz bin Jabal dalam kitabnya Al-Hamawiah Al-Kubro  “Terimalah kebenaran dari manapun datangnya walau itu dari orang kafir, ataupun pendosa , karena diatas kebenaran itu terdapat cahaya”

” orang mukmin itu seperti lebah ” ucap Rasulullah dalam memisalkan orang mukmin ,lalu baginda kita melanjutkan sabdanya ” selalu memakan yang baik, memproduksi sesuatu yang baik, bersinggahpun di tempat yang baik, apabila ia singgah ia tidak merusak”[5] demikian potongan hadist yang diriwayatkan oleh imam hakim dalam al-mustadrok . sebagai mukmin  yang baik tentu kita berusaha mencontoh apa yang disabda nabi kita , pribadi seperti lebah yang selalu memancarkan kebaikan , berusaha menyambung “benang sari” amal soleh  yang ada di masyarakat agar membuahkan tatanan masyarakat yang selalu di ridhoi oleh Allah . mari kembali berkaca kepada diri kita masing masing , pribadi seperti apakah  kita sekarang ? pribadi tokek kah kita, yang sering bersikap oportunis, suara kita selalu mengintimidasi orang orang sekitar kita? masihkah kita sering menyerang orang orang yang kita anggap berusaha mengeluarkan kita dari area nyaman , sebagaimana yang dilakukan tokek ? ataukah kita lebih buruk dari itu? toh kita sendiri yang bisa menilainya ,  وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَdan didalam jiwa jiwa kalian terdapat tanda tanda kebesaran, maka apakah kalian tidak melihatnya ?? (adzariyyat :51)

wallahu a’lam

 

 

[1] hr ahmad (24534), ibnu majah (3231), nasaai (2831) dan athobroni di mu’jam al awsath no 6973

[2] lihat tafsir ibnu katsir surat al anbiya ayat :51 – 70 banyak pelajaran yang bisa kita ambil disana

[3] hal 55

[4] tarikh dimasyq jilid 25 hal 355

[5] al mustadrok di kitab fitan wal malahim (8566)

ketika keterbatasan menjadi alasan

Semuanya terkejut dengan keputusan Imam Kisaai, sang ahli bahasa arab yang konon mengalahkan Sibawaih dalam debat itu memutuskan penggantinya serta pewaris ilmunya adalah Ali Al-Ahmar, seorang penjaga istana kholifah yang kadang hadir dalam majelisnya apabila shift penjagaan istana bukan jatahnya. “Saya tidak rela seorang pun menggantikan diriku selain dia,” ujar Kisaai yang tetap bersih keras untuk memilihnya[1].

Tentu Kisaai punya alasan khusus kenapa tetap memilih si penjaga istana itu menjadi penganti dirinya, Kisaai adalah seorang guru privat anak khalifah, mulai dari kedatangan Kisaai di depan gerbang istana Ali Al-Ahmar selalu menyambutnya, dengan modus menemaninya berjalan sampai menuju pintu kamar anak khalifah, ia leluasa bertanya  masalah-masalah yang belum ia pahami, kesempatan emas tersebut juga didukung oleh luasnya istana khalifah, begitulah seterusnya , sampai menjadikan Ali Al-Ahmar benar benar faham dalam ilmu bahasa arab, maka tidak heran Kisaai merasa mantap dengan pilihannya tersebut. keterbatasan Ali Al-Ahmar justru menjadi faktor kesuksesan untuk memperdalam ilmunya.

Dalam memaknai keterbatasan kadang kita sering memberikan pemakluman untuk mengambil alasan, selalu ada pembenaran atas setiap langkah mundur yang kita ambil, selalu ada alasan untuk berlama-lama di tiap perhentian yang kita singgahi sehingga lupa sabda Nabi  : “Bahwasanya besarnya cobaan itu berdampingan dengan besarnyanya ganjaran, apabila Allah mencintai hamba-Nya, Allah mengujinya”[2]

Suatu hari di tahun 440 Hijriah di kota Andalus terjadi diskusi antara Ibnu Hazm ulama bermazhab Dzohiri sekaligus anak dari salah satu seorang menteri berhadapan dengan Abul Walid Al-Baji ulama bermazhab Maliki yang pada saat itu masih menyambi sebagai satpam. bukan isi perdebatan itu yang ingin kami bahas, tapi lebih kepada pemakluman unik dari kedua belah pihak, setelah mereka berdebat, Abul Walid Al-Baji berkata kepada Ibnu Hazm : “Tolong maklumi kami, karena Kami terbiasa mentelaah ilmu hanya dengan naungan lampu templok yang  ditaruh di pos jaga.” Mendengar itu Ibnu Hazm tidak mau kalah, ia beralasan “Justru kami yang minta dimaklumi, telaah ilmu kami terbiasa di bawah menara-menara yang bergemerlapan emas dan perak.”[3]

Kalau kami boleh membahasamahasiswakan alasan mereka berdua mungkin yang pertama beralasan “Maaf, komputer kami sering ngadat dan hang plus tempat kami sering mati lampu,” sedangkankan yang kedua beralasan “Maaf, laptop kami terlalu canggih, bergrafik tinggi, sangat menggoda untuk bermain game-game mutakhir, hardisk yang luas menggiurkan untuk diisi drama asia.”

Tidak pernah ada jaminan kekayaan selalu memperlancar prestasi sebagaimana belum pastinya kemiskinan selalu menghambat karya.

Di dalam hadits qudsi Allah SWT berfirman :

إنَّ مِنْ عِبَادِي مَنْ لَا يُصْلِحُهُ إلَّا الْغِنَى. وَلَوْ أَفْقَرْته لَأَفْسَدَهُ ذَلِكَ. وَإِنَّ مِنْ عِبَادِي مَنْ لَا يُصْلِحُهُ إلَّا الْفَقْرُ. وَلَوْ أَغْنَيْته لَأَفْسَدَهُ ذَلِكَ. وَإِنَّ مِنْ عِبَادِي مَنْ لَا يُصْلِحُهُ إلَّا السَّقَمُ. وَلَوْ أَصْحَحْته لَأَفْسَدَهُ ذَلِكَ إنِّي أُدَبِّرُ عِبَادِي إنِّي بِهِمْ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

“Bahwasanya di antara hamba-hamba-Ku ada yang tidak membuat dirinya baik kecuali dalam keadaan kaya, seandainya Aku membuatnya miskin,  maka akan membuat dirinya rusak, dan diantara hamb- hamba-Ku ada yang tidak membuat dirinya baik kecuali dalam keadaan miskin, seandainya Aku beri kekayaan kepada dirinya maka akan membuatnya rusak, di antara hamba-hamba-Ku ada yang tidak membuat dirinya baik kecuali dalam keadaan  sakit, seandainya kusehatkan dirinya itu malah membuat dirinya rusak, sesungguhnya Aku terhadap keadaan mereka Maha Mengetahui lagi Maha Melihat.” (H.R. Al-Baghowi)

Sebagaimana yang diketahui bahwa masyarakat jepang sangat menggemari masakan ikan segar, disebabkan itu pula para nelayan jepang sempat kebingungan bagaimana mendapatkan ikan salmon yang segar, karena kebanyakan ikan yg terkangkap langsung segera mati, walau seandainya tidak mati pun, ikan tersebut sudah tidak terasa segarnya, hingga akhirnya para nelayan menemukan solusi, setelah memperhatikan kebiasaan ikan salmon yang senang bergerak, para nelayan membuat kolam kecil di dalam kapalnya untuk menaruh salmon yang sudah ditangkap lalu dimasukkanlah hiu-hiu kecil  untuk mengejar salmon-salmon tersebut. Para salmon pun “terpaksa” berlari menghindar dari hiu-hiu yang memburunya hingga akhirnya sampai ke tangan para koki restoran dan ikan dalam keadaan segar[4].

Tentu di hidup kita selalu ada “hiu-hiu” yang merepotkan kita, tapi hanya sedikit orang yang menanggapi positif tersebut, kita lebih banyak mengeluh dengan keterbatasan, juga menyalahkan kejaran hiu-hiu tersebut.

“Bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal itu baik untuk kalian, dan bisa jadi kalian mencintai sesuatu padahal itu buruk untuk kalian, dan Allah mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui.” (Al-Baqoroh : 216)

Saya dan anda bukan orang yang pertama dikejar oleh hiu-hiu kecil itu, sudah banyak orang sebelum kita tertimpa apa yang kita alami, ada ‘Asiah istri Fira’un namun tetap menjaga ubudiahnya hanya kepada Allah SWT semata[5], ada Abu Dawud yang menulis Kitab Sunan di dalamnya ada lebih dari 5700 hadits, dia menulisnya ketika ia ribath fie sabilillah[6], Ibnu Taimiyyah yang ditekan segala kalangan yang membencinya, namun ia tetap berkarya, menganggap hiu-hiu itu adalah aura-aura  positif yang selalu mendukungnya dalam beribadah,  “Apasih yang dilakukan oleh para musuh-musuhku?” ucap Ibnu Taimiyyah, “Taman surgaku berada di dadaku, ia ada kemanapun aku pergi, jika aku dipenjara jadilah itu tempatku berkhalawat, jika aku dibunuh  aku tercatat menjadi orang yang syahid, kalau aku diasingkan dari negeriku kuanggap itu sebagai tamasya[7].”

Toh pada akhirnya saya dan anda pun bebas memilih, antara untuk tetap berlari sambil berkeringat yang membuat karya kita semakin berkilau, atau berhenti dan kemudian terlindas oleh roda keterbatasan.

Wallahu a’lam


[1] lihat mu’jam al udaba (4/1670)

[2] hadist hasan ghorib riwayat tirmizi setelah no (2396) dan ibnu majah no(4031

[3] lihat mu’jam al udaba (2/28) dan koreksinya di shofahat mi hayati shobril ulama abdul fattah abu ghuddah

[4] saya tahu cerita  ini dari buku “setengah isi setengah kosong” 7 tahun lalu ,dan masih merasa aneh , memangnya ikan salmon itu ikan laut yah? klo ikan tawar kenapa ditaruh hiu yah? apa saya dah lupa ceritanya yah ?

[5] lihat surat attahrim ayat : 11

[6]  muqodimah ma’alimussunan abu thohir assilafi

[7] al wabil ashoib  hal :67

antara cita , asa dan doa

Akan masuk surga  tujuh puluh ribu orang dari ummat ku tanpa hisab dan tanpa azab –di riwayat yang lain- wajah wajah mereka bersinar laksana rembulan ”  sabda Nabi kepada para sahabatnya yg disambut decak kagum, belum habis kekaguman mereka , mereka dikagetkan oleh inisiatif Uksyah Bin Mihsan ” wahai Rosulullah doakan agar Saya termasuk orang-orang yang engkau sebutkan ”  nabi pun menjawab “engkau bagian dari mereka , wahai Ukasyah” para sahabat nabi lainnya yang baru terpikir akan tindakan tersebut  segera berbondong bondong bertindak seperti yang dilakukan Ukasyah, namun sang Nabi pun sambil tersenyum dan menjawab  ” Kau telah didahului oleh Ukasyah

Tidak semua orang bisa berpikir apa yang dipikirkan oleh Ukasyah, ide indah yg membawanya kesyurga tanpa hisab, tentu sejak dahulu islam sangat menghargai sebuah sikap pelopor dalam kebaikan,  dan menjunjung setiap inspirasi yg menerangkan. Di dalam hadist yg diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Baihaqi “barang siapa yang mendahului apa yg belum dilakukan oleh muslim yang lain, maka dia berhak atas yg dia lakukan”  di hadist yang lain Nabi mengabarkan pahala yg terus menerus bagi mereka yang mempelopori suatu kebaikan apabila kebaikan tersebut diikuti oleh orang orang setelahnya  ” barang siapa yang membuat kebiasaan baik , dan orang orang setelahnya melakukan kebiasaan baik tersebut, maka ia mendapat pahala kebaikan tersebut, dan juga mendapat pahala orang orang yang melakuan kebaikan tersebut, tanpa perlu mengurangi pahala mereka”  dan islam pun sudah mengisyaratkan bahwa para pioner kebaikan juga inspirator kebaikan adalah sedikit , tidak semua muslim menjadi insprator dalam sabda Rosulullah  “kau mendapatkan manusia ini bagai seratus onta , belum tentu kau mendapatkan satu unta yang bisa kau tunggangi dengan nyaman”

Salah satu inovasi yg tercatat dalam sejarah islam, adalah kitab shohih bukhori , Muhammad Ibnu Ismail Al Bukhori, ulama yang pertama kali mengumpulkan hadist hadist nabi yang shohih dalam satu kitab.
beliau bercerita sebab penulisan kitab ini “dulu ketika kami sedang dimajlis ilmu Ishaq Ibnu Rohawaih, sang gurunda pun berkata ” seandainya ada diantara kalian yang mengumpulkan sunnah nabi yang shahih secara ringkas dalam satu buku” , “perkataan guruku tersebut..” sang Imam Bukhori melanjutkan cerita “selalu menggelayuti hatiku hingga akhirnya saya mulai mengumpulkan  Jami Asshohih

Sang Ibnu Hazm punya latar belakang menarik,  yang membuat sang anak menteri ini mendalami ilmu agama , suatu hari Ibnu Hazm masuk masjid (untuk salat jenazah) kemudian langsung duduk, seseorang pun menegurnya , “bangun dan dirikanlah solat tahiyatal masjid” Ibnu Hazm yg ketika itu sudah berumur 26 tahun pun mengikuti apa yang diperintahkan orang tersebut, dikesempatan yang lain  Ibnu Hazm datang kemasjid setelah waktu ashar, tidak ingin melakukan kesalahan yang sama  ibnu hazm langsung bersegera solat tahiyatul  masjid, namun sang ibnu hazm pun kembali ditegur “duduk duduk!!, sekarang waktu makruh untuk solat”  setelah kejadian tersebut Ibnu Hazm berjanji untuk belajar ilmu agama secara menyeluruh

“segala sesuatu ada faedah nya” ujar Ibnu Hazm adhohiri setelah menjadi ulama terkenal,dengan karya2 monumentalnya seperti muhalla dan kitab ijma “saya mengambil manfaat yang besar dari kebodohan orang, dengan kebodohan mereka itu, membuat tabiat saya menggelora, menghangatkan fikiran ku, otaku berkerja, menyegarkan semangatku,seandainya tidak ada orang yang mengusikdan mengkritik kedamaianku, tentu saya tidak mempunyai semangat untuk menulis”

Suatu hari dalam perjamuan raja Ferdinand dan ratu Isabella, semua mencibir perjalanan Colombus menemukan dunia baru sebagai hal yang sebenarnya sangat mudah. Tinggal berlayar terus kebarat lalu ketemu.

Christopher colombus tersenyum dari kursinya. Diambil dan  ditimangnya sebutir telur rebus dari piring di depannya. “tuan- tuan ” suaranya memecah ricuh bebisikan. ” siapa di antara kalia yang mampu memberdirikan telur ini dengan tegak?”

“Christopher” kata seorang tua disana, “itu adalah hal yang tidak mungkin!”

Semuapun mengangguk mengiyakan.

“saya bisa” kata Colombus. Dia menyeringai sejenak kemudian memukulkan salah satu ujung telurnya sampai remuk. Lalu memberdirikanya

“Oh.. kalau begitu caranya sih , kami juga bisa” kata seseorang. “ya ..ya ..yaa” , seru yang lain.  Dan senyum Columbus makin lebar. Sambil berkata” itulah bedanya aku dan kalian tuan-tuan! Aku memang hanya melakukan hal-hal yang mudah dalam kehidupan ini. Tapi aku melakukannya di saat semua orang mengatakan bahwa hal itu mustahil”

A’masy Sulaiman Ibnu Mihran seorang tabiin dari kufah hafal 4000 hadist diluar kepala, sampai sampai dikatakan beliau adalah sumbernya sanad hadist negri kufah, beliau bercerita “saya menghafal hadist tiap hari hanya 4 hadist sampai 5 hadist”, dan akhirnya menjadi imam besar, tentu para penontonpun bisa saja  berkomentar ” kalau cuman 4 hadist tiap hari juga saya bisa” ya itulah perbedaan para penonton dengan para inovator, bukan hanya menetapkan teori simple tapi melaksanakannya secara istiqomah

” ayoo kawan kita berkeliling kepada sahabat sahabat nabi bertanya tentang dien ini, mumpung para sahabat nabi masih banyak” ide cemerlang Ibnu Abbas yang disampaikan kepada kawannya salah seorang anshor tepat setelah nabi wafat

“apakah ada yang membutuhkan ilmumu wahai Ibnu Abbas , sedangkan para pembesar sahabat masih banyak” jawaban dingin dari kawan Ibnu Abbas

“kutinggalkan dia” Ibnu abbas melanjutkan cerita petualangannya menuntut ilmu di kala umurnya yg masih 16 tahun , “lalu aku mulai bertanya kepada para sahabat nabi , hadist hadist yang mereka dengar, kadang aku tertidur didepan rumahnya  demi mendapat satu hadist ,diterpa badai dan aku hanya bermodalkan surban yang ku jadikan bantal” hingga akhirnya orang orang meminta fatwa kepadaku, sahabatku anshar yg pernah kuajak pun, melihatku dari kejauhan sambil berkata “temanku ini jauh lebih berakal daripadaku ” dikarenakan inisiatif yg ia lakukan sejak nabi wafat,serta jauh pandangannya terhadap masa depan.
sekali lagi tidak semua orang bisa melakukannya
sang Ibnu Abbas berani mengorbankan waktu mudanya untuk menuntut ilmu, memilih berjalan lebih banyak dari biasanya, menghafal lebih banyak dari biasanya,menahan lapar lebih lama dari biasanya, berfikir dan mengulang masalah fiqh lebih rumit dari biasanya . tidak heran Imam Azzahabi menanggap Ibnu Abbas adalah “orang yang yang paling alim diatas muka bumi ketika zamannya”

Tidak ada yang sempurna selain Allah

Para inovator sangat mengetahui makna ini, kekurangan mereka dalam suatu sisi tidak membuat mereka minder dalam membuat karya – karya monumental , ibnu muqri membuat buku “unwanu ssyarafil wafi” sebuah buku yang kalau dibaca dari sebelah kanan atas ke bawah, akan terlihat ilmu fiqh, kalau dibaca dari tengah atas kebawah, akan keluar ilmu lain, kalau dibaca dari samping kanan atas ke samping kiri lain akan muncul ilmu yang berbeda, menakjubkan memang, imam syaukani pun mengatakan “dia orang yang paling cerdas di yaman, namun disisi lain ternyata dia adalah orang yang sangat pelupa , pernah kehilangan uang 1000 dinarnya ditempat sampah, dan cerita cerita konyol lainnya disebabkan sifat pelupanya” ucap imam syaukaini ketika menulis biografi beliau.

Imam farro, imam syibawaih, imam kisaaii mereka semua ulama peneliti bahasa arab, tidak ada sebuah kitab bahasa arabpun kecuali menyempatkan menyebut mereka bertiga karena jasa jasa mereka dalam menelaah bahasa arab, namun kesempurnaan bukan milik mereka, imam faro sampai diakhir hayatnya masih merasa bingung dengan cara kerja huruf “hatta” karena bisa membuat marfu’ mansub dan majrur, imam sibawaih tidak mengetahui definisi “atta’ajub” imam kisa ii, sulit baginya membedakan “an maftuhah, hikayah” definisi dan pemakaian “ni’ma wa bi’sa” pun sulit ia pahami.

Namun nama mereka tetap harum sebagai pelopor peneliti bahasa arab dalam sejarah ini.

Sungguh indah salah satu doa “ibadurrahman” yang diabadikan Allah disurat al furqon ayat 74″ dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang orang bertaqwa” doa yang luar biasa, bukan hanya sekedar orang bertaqwa, tapi menjadi pemimpin bagi orang orang yang dijamin masuk syurgaa

“Dan  berkaryalah , maka Allah akan melihat karya kalian, rasul Nya dan para orang orang mukmin pun  melihat karya kalian” attaubah :105
wallahu alam bishawaab